spot_img

Malam Yang Sunyi Berubah Wanita Ancam Bunuh Diri Lewat Medsos

Padang, redaksisatu.id – Menjelang malam yang sunyi, biasanya lelapnya ketika sedang tidur dikeheningan malam.

Sebaliknya, di baliknya malam yang sunyi langit Koto Tangah, tergores suara jeritan sunyi, dalam unggahan media sosial oleh seorang perempuan muda.

Ancaman bunuh diri yang muncul di Instagram itu, sontak mengguncang aparat kepolisian, membunyikan alarm kemanusiaan yang tak bisa diabaikan.

BACA JUGA  Kepala KPHP Sosialisasi Keterlanjuran Pembukaan Perkebunan Sawit di Kawasan (HPK) Tapan

Unggahan dari seorang wanita dalam rasa putus asa mendalam, peristiwa tragis dan memilukan tersebut.

Kepolisian Kota Padang pun bergerak cepat, mendapatkan laporan, dan bertindak cepat laporan yang diteruskan.

Oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Sumbar. Berdasarkan informasi awal dari Subdit IV Siber Polda Metro Jaya.

BACA JUGA  Bupati Pasbar Tinjau Lahan Sengketa Masyarakat dengan PT. Anam Koto

Polda Metro Jaya Menelusuri Jejak Digital

Kepala Bidang Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Susmelawati Rosya, mengungkapkan bahwa langkah sigap diambil pada Rabu malam, 4 Juni 2025, sekitar pukul 23.15 WIB.

Tim dari Polsek Koto Tangah langsung melakukan pengecekan ke sebuah alamat di Jalan Talao Sapek, RT 02 RW 11, Kelurahan Pasie Nan Tigo.

Di sanalah mereka menemukan sosok yang menjadi pusat perhatian: seorang perempuan berinisial IH (22).

BACA JUGA  Miris Kondisi Jalan dan Lingkungan Perumahan Alam Asri Tapan Tidak Layak

Ia bekerja sebagai karyawan swasta, yang menggunakan nama akun Instagram “Lara Renja”.

Sebuah identitas daring yang terhubung dengan akun Facebook Meta miliknya. Diketahui, IH sebelumnya tinggal di Jalan Bakti No. 27, Kelurahan Parupuk Tabing.

Tetapi belakangan ini berpindah ke kawasan Talao Sapek. Sosoknya tampak tenang saat ditemui, namun dari balik matanya terlihat bayang-bayang kelelahan jiwa yang dalam.

BACA JUGA  Akibat Banjir Pengguna Jalan Nyaris Bentrok Dengan Warga

Unggahan Melahirkan Penyesalan

Kapolsek Koto Tangah, Kompol Afrino, yang langsung turun tangan dalam penanganan kasus ini, melakukan wawancara mendalam dengan IH.

Perempuan muda itu mengakui bahwa pada malam menjelang pagi pukul 02.00 WIB, dini hari 4 Juni 2025, ia membuat unggahan yang menyatakan niatnya untuk mengakhiri hidup.

Alasannya bukan sepele-kerinduan yang mendalam terhadap, almarhum sang ayah dan tekanan dari pekerjaan yang melelahkan secara fisik maupun mental menjadi pemicu utama.

BACA JUGA  Polda Metro Jaya, Mengantongi Bukti Kasus Pimpinan KPK

IH juga mengungkapkan kekecewaan yang selama ini ia pendam: keterampilan yang ia miliki, mulai dari memasak, bermain alat musik, hingga berbahasa Inggris.

IH merasa tidak dihargai dengan layak di tempatnya bekerja. Dengan gaji hanya Rp2 juta per bulan, rasa tidak dihargai itu membebani harga dirinya.

Lebih jauh lagi, IH ternyata sudah menjalani perawatan jalan dari dokter spesialis kejiwaan di RS Yos Sudarso selama tiga tahun terakhir.

BACA JUGA  Inovasi dan Konsistensi Yang Baru Kunci Industri Pariwisata di Solok Selatan

Fakta yang menunjukkan bahwa, perjuangannya dalam melawan luka batin bukan hal yang baru.

Pendekatan Kemanusiaan: Polisi Tidak Hanya Menindak, Tetapi Mendampingi

Berhadapan dengan situasi yang menyentuh sisi kemanusiaan, Kapolsek Kompol Afrino memilih pendekatan yang penuh empati.

Bukan dengan sanksi atau interogasi, tetapi dengan motivasi dan pendampingan spiritual.

BACA JUGA  179 Siswa Kurang Mampu Menerima Zakat dari Baznas 50 Kota

Kepada IH, beliau menyampaikan pesan-pesan penguatan, membangkitkan semangat hidup. Serta mengajak kembali, mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

“Jangan menyerah. Hidup memang penuh ujian, tapi selalu ada alasan untuk bertahan,” ujar Afrino dalam pendampingannya.

Sebagai bentuk dukungan spiritual, polisi juga memberikan IH alat zikir, agar ia bisa menemukan ketenangan dan kekuatan dari dalam diri, bukan dari dunia maya.

BACA JUGA  Bumdes dan Masalahnya

Satu Janji untuk Hidup yang Lebih Baik

Setelah sesi pendampingan emosional tersebut, IH menyatakan tekadnya untuk berubah. Ia berjanji untuk tidak lagi mengunggah konten bernada ancaman bunuh diri di media social.

Dan akan menjalani hidup dengan lebih semangat serta penuh rasa syukur.

Kombes Pol Susmelawati menegaskan bahwa kasus ini menjadi pengingat bagi semua pihak:

BACA JUGA  Halaman Kantor Bupati Besok Kamis 11/08 Akan Ramai

Media sosial bukan hanya cermin gaya hidup, tetapi bisa menjadi sinyal bahaya dari seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan.

Oleh sebab itu, kepekaan sosial dan empati menjadi kunci utama dalam merespons setiap jeritan yang tersembunyi di balik layar ponsel kita.

Refleksi: Ketika Polisi Menjadi Sahabat Jiwa

Kasus ini menjadi contoh nyata bahwa peran aparat kepolisian tidak hanya terbatas pada penegakan hokum.

BACA JUGA  Diduga Oknum Polisi Lecehkan Wartawan Saat Meliput HUT Bhayangkara 78

Tetapi juga hadir sebagai pendamping jiwa sahabat dalam kegelapan, dan cahaya bagi mereka yang mulai kehilangan harapan.

Di tengah derasnya arus informasi digital, perhatian dan kepedulian seperti ini menjadi oase bagi mereka yang nyaris tenggelam dalam kesunyian.

Untuk setiap Ivho Haqiqi di luar sana, yang merasa lelah dan tidak dihargai, semoga kisah ini menjadi pengingat: kamu tidak sendiri.

BACA JUGA  Sosok Edwar Setiawan Kontestan Pilkada Mukomuko 2024

Ada harapan, ada bantuan, dan selalu ada cara untuk memulai kembali. (MOND).

BACA JUGA  Anggota DPRD Propinsi Mengawasi Kinerja Kepala Daerah Propinsi Bukan Kabupaten/Kota 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

spot_img