Ki Suro Tokoh dari Gujarat penyebar Islam di Pasekan Dermayu, yang dikenal dengan BABAD DESA PASEKAN, dan menyampaikan sejarah yang selama ini belum semua orang tahu, tentang perjalanan riwayat penyebaran Islam khususnya di Indramayu Jawa Barat.
Tujuan penyebaran Islam oleh Ki Suro Tokoh Gujarat ini, adalah untuk penyampaian ajaran Islam ke seluruh muka bumi, dengan memperbaiki akhlak manusia.
BABAD DESA PASEKAN bermula dari RIWAYAT KI SURO Ki Buyut Suro lahir pada hari Kamis, di desa Widara Jawa Timur pada tahun 21 Saka.
Beliau bergelar Prabu Widara. Nama Ayahanda Ki Suro yaitu Ki Supa. Seorang Empu dalam pembuatan senjata ampuh. Ki Supa adalah salah seorang anggota rombongan Pandita Aji Saka.
Pada saat Babad Tanah Jawa, Ki Supa berasal dari daerah Saelon (Srilangka) wilayah Gujarat. Ki Suro hijrah ke desa Pasekan (Dermayu) pada tahun 32 Saka.
Hijrahnya Ki Suro tersebut adalah untuk mensyi’arkan misi dakwah yang berlandaskan kekuasaan, ketakwaan, keadilan seperti yang diwahyukan Allah kepada Nabi Isa As.
Dalam menjalankan tugas sucinya Ki Suro mendapat bantuan dan dukungan dari Ki Buyut Terbang di Cirebon, Ki Buyut Trusmi di Cirebon, Syekh Muhyi di Tasikmalaya (Panjalu), Ki Pucuk Umun di Banten, Rawayan dan Syekh Maghribi di Demak.
Selain Riwayat Ki Suro ada RIWAYAT NYI MAS PASARAN. Lahir pada hari Senin tahun 34 Saka di desa Pasekan. Ada huru-hara yang disebabkan adanya Sayembara Uji Tanding Kedigjayaan dan sebagai hadiahnya Nyi Mas Pasaran bersedia menjadi garwa (istri) bagi yang memenangkan.
“Huru-hara tersebut berhasil dipadamkan oleh Ki Suro dan akhirnya Nyi Mas Panasaran dipersunting oleh Ki Suro.” Tutur Ki Rakman Juru Kunci Ki Buyut Suro.
Sejarah Perjuangan
Seiring perjuangan Babad Tanah Jawa banyak terjadi peristiwa-peristiwa besar seperti penyakit Pageblug, gunung meletus, perebutan wilayah yang bersumber pada nafsu angkara dan bencana alam dan lain lainnya.
Demikian pula yang terjadi di daerah Dermayu, terjadi perbutan wilayah Pasekan. Setelah Ki Suro memperistri Nyi Mas Pasaran, maka Ki Suro mulai menjalankan tugas sucinya si daerah Pasekan.

Dengan dibantu oleh Ki Sidum dan Nyi Mas Pasaran. Tugas yang diemban oleh Ki Suro dapat dilaksanakan dengan baik. Namun demikian tugas mulia tersebut mendapat hambatan dari Ki Buyut Penganjang.
Setelah sekian lama menahan rasa sabar, Ki Suro merundingkan perihal tersebut dengan 5 (lima) orang sejawat dan sebagai hasilnya di putuskan untuk mengadakan adu tanding kesaktian antara Ki Suro dengan Ki Buyut Penganjang.
Cara adu kesaktiannya tersebut adalah dengan jalan merobohkan pohon widara. Apabila pohon widara tersebut roboh ke arah utara, maka yang berhak memiliki Pasekan adalah Ki Buyut Penganjang. Tetapi apabila pohon widara roboh ke arah selatan maka yang berhak atas kepemilikan Pasekan adalah Ki Suro.
Dengan disaksikan oleh para Sesepuh 5 (lima) orang sejawat tadi, uji tanding tersebut dilaksanakan pada hari Kamis Kliwon, Ki Suro dan Ki Penganjang kemudian mulai melakukan uji tanding. Akhirnya dengan Rakhmat Allah SWT Ki Suro dapat mengungguli Ki Penganjang.
Sebaliknya bagi Ki Penganjang menerima dengan ikhlas kekalahannya. Sesuai dengan saran sesepuh 5 orang sejawat, maka Ki Penganjang menjalankan tugasnya di daerah Babadan.
Sedangkan Ki Suro tetap di daerah Pasekan. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Kamis Kliwon bulan Ruwah jam 9.00 WIB. Namun sesuai kehendak Allah pada tahun 1947 Desa Pasekan dimekarkan menjadi Desa Pagirikan.
“Dan sejak saat Pasarean Ki Buyut Suro dan Nyi Mas Pasaran berada di desa Pagirikan,” sambung Ki Rakman.
Ajaran KI SURO, dalam menjalankan tugas syiarnya Ki Suro mengadaptasikan diri dengan kondisi tradisi dan budaya masyarakat yang bersangkutan.
“Sehingga mudah untuk di pahami dan di amalkan. Inti pengajarannya disebut Aji Penasehat yang bersendi kepada SABAR, TAWAKAL dan ADIL,” beber Ki Rakman.
“Akan terwujud siri yang bersih jasmani dan rohani, dengan menjalankan Sholat, Puasa, Shadakoh serta syariat Islam yang lainnya,” lanjut Ki Rakman.
Untuk lebih memahami makna hakekat ajaran Ki Suro secara lebih mendalam dapat mempelajarinya melalui Ki Rakman sebagai juru kunci Ki Buyut Suro dan Nyi Mas Pasaran
Selanjutnya Ki Rakman mengatakan, peninggalan KI BUYUT SURO, ada dua jenis warisan Ki Suro yang berharga nilai tinggi, yang sifat ghaib dan yang sifat materi,
Warisan ghaib Ki Suro pada intinya adalah pelajaran atau falsafah hidup Urip, Waras, Welas, Mulia, Sampurna.
Sedangkan warisan yang bersifat materi yaitu 1. Areal Pasarean, areal pasarean luar (belum dipagar) berukuran 19×19 meter. Areal pasarean dalam (sudah dipagar) berukuran 12×12 meter. 2. Pohon weru (Pria) Pohon Tanjung ( Wanita). 3. Sumur Sumber Jaya dan Sumur Kemulyan.”
“Untuk riwayat JURU KUNCI. 1. Ki Kasim tahun 1962. 2. Ki Rus tahun 1965. 3. Ki Kenanga tahun 1971. 4. Ki Jayadi tahun 1979. 5. Ki Saudi tahun 1982. 6. Ki Anak tahun 1985. 7. Ki Tawan tahun 1987. 8. Ki Rakim tahun 1988. 9. KiTarwa tahun 1991. 10. Ki Dasir tahun 1993. 11. Ki Rakman tahun 1994. 12. M. Ali 2009 sampai sekarang,” tutur Ki Rakman
Juga menyampaikan Syahadat sugih sebagai berikut:
- Asyhadu’alailahailallah wa asyhaduanna Muhammaddarasulallah
- Allahumashali’ala sayidina Muhammad wa’ala ali syayidina Muhammad
- Natullah, sirtullah, judullah, watullah, katullah.
- Ya Allah ya Rasulullah, ya Allah ya Muhammad, ya Allah ya Nabibullah, ya Allah ya Amin.
- Bismillahirahmannirohim Allah arakat nyata.
- Hu ya Allah, Hu ya Allah, Hu ya Allah
- Lailahailallah Muhammad rasulallah Allahu Akbar.
- Latudrikul absaro, wayudrikul absaro, wahuwallakiful qobir.
- Cahaya urip, cahaya waras, cahaya welas, cahaya mulya, cahaya sampurna.
- Robbana atina fidunnya hasanah wafil’akhiroti khasanatan wakina adzabanar.
- Allahuma indakola bitaro suleman-suleman, rabbil maghribi lidatihi, washolati walafli jabrail, izroil malaekat suleman, wal gomama walijaluhu iblis ya syaitonu bidulu malaekat suleman.
- Ya allium, ya adzimu.
- Ya rohmanu ya rohimu, ya rahimu
- Al gedong al malaekat jibril, mikail, ishrofil, ijroil, al alim, al alim.
- Robbana, robbana, robbana.
- Asma jabang bayi
- Subhana malikil kudus
Demikian keterangan dari Ki Rakman kepada awak media.
Oleh Nanang Carsana, S.IP.
Editor by Nuryaji.