REDAKSISATU.ID – Peran Pemuda dalam Geliat Dakwah Kebudayaan, menjadi tema dalam diskusi kebudayaan yang di inisiasi oleh Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah bekerjasama dengan Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kalimantan Barat, di Weng Coffee Signature Jl. Reformasi, Senin 9 januari 2023, sore.
Diskusi kebudayaan tersebut dihadiri narasumber Syarif Amin Muhammad, S.AK selaku Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Barat, dan Kanda Samsul Arifin selaku Sekretaris Bidang Seni Budaya dan Olahraga Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Dalam diskusi tersebut, Syarif Amin Muhammad menyampaikan ada beberapa upaya yang dapat dilakukan pemuda dan mahasiswa dalam kegiliat dakwah kebudayaan.

“Mencari tahu tentang budaya kita dengan berbagai literasi dengan memanfaatkan arus informasi yang masif pada zaman ini,” ungkap Syarif.
Adik-adik mahasiswa, lanjut Syarif Amin Muhammad menekankan, harus dapat mencari tahu lebih dalam tentang budaya kita pada berbagai literasi seperti buku, jurnal, surat kabar maupun berselancar dijejaring media sosial.
“Semakin banyak informasi yang didapat, semakin luas juga wawasan kita tentang kebudayaan tersebut,” ujar Bang Amin, sapaan akrabnya.
Selanjutnya, aktif mengikuti acara kebudayaan. Setelah kita mencari literasi tentang kebudayaan, kita dapat aktif mengikuti kegiatan kebudayaan, misalnya menonton atau mengikuti pentas kebudayaan. Masuk ke dalam komunitas kebudayaan . Cara melestarikan budaya daerah salah satunya dengan bergabung ke komunitas.
“Disana adik- adik mahasiswa dapat mengenali lebih jauh tentang informasi kebudayaan,” terangnya.
Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Barat dalam diskusi tersebut juga menyampaikan bahwa di era serba canggih dengan kemajuan teknologi, kebudayaan sangat efektif dikenalkan melalui media sosial.
“Adik-adik mahasiswa jangan mau kalah, buatlah konten dan trend menarik tentang budaya
masing-masing, dokumentasikanlah secara profesional serta gunakan dua bahasa antara bahasa ibu dan juga bahasa Indonesia sehingga semakin banyak orang yang mengakses pengetahuan akan kebudayaan adik-adik mahasiswa,” tutur Bang Amin.
Gunakan produk Indonesia dan daerah ketika berpegian keluar negeri.
“Pakailah produk asli Indonesia atau produk budaya lokal saat kita berada di luar negeri. Itu
adalah salah satu kampanye memperkenalkan budaya kita di luar negeri,” tandasnya.
Mengekspor barang hasil kesenian . Jika adik-adik mahasiswa seorang pengusaha, bisa juga mempromosikan produk budaya atau kesenian lokal keluar negeri. Barang-barang tersebut dapat adik-adik ekspor dan syukur-syukur adik memiliki pasar tersendiri dinegara orang.
“Budaya kita adalah identitas kita. Banggalah terhadap budayamu, jadikanlah budaya sebagai identitas diri dan cerminan diri. Budaya merupakan ciri khas tersendiri. Jika ada kebanggaan terhadap budaya dalam diri sendiri, maka pengaruh budaya asing akan susah masuk ke dalam budaya Indonesia,” tegas Bang Amin.
Sementara itu, Immawan Samsul Arifin, selaku Sekretaris Bidang Seni Budaya dan Olahraga Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah juga menyampaikan beberapa point dalam diskusi kebudayaan tersebut.
Menurut Samsul, bahwa kita sebagai pemuda harus mampu mengekspresikan diri dan bangga dengan budaya yang kita miliki. Selaku pemuda kita juga harus bisa mengekspor budaya sebagai suatu kebanggaan.
“Budaya adalah sejarah, maka kita harus menghargai orang-orang terhadulu kita dengan cara mengenang dan melakukan inventarisir senior-senior kita yang sudah berjuang untuk organisasi kita termasuk pendiri IMM di kota Pontianak maupun di Kalimantan Barat,” sindirnya.
Seyogianya, lanjut Arifin menyampaikan, kita adalah pemeran dalam melestarikan budaya atau seorang budayawan yang harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Dengan menerapkan slogan IMM yaitu, Anggun dalam Moral dan Unggul dalam Intelektual adalah budaya yang harus dimiliki oleh setiap kader IMM,” tandasnya.
Ketua Umum Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kota Pontianak, Immawan Kholid Afani, juga menyimpulkan bahwa dalam berbudaya pemuda zaman sekarang seperti dijajah paradigmanya, sehingga kurangnya berbangga hati untuk mengekspresikan budaya sendiri, dan bangga dengan budaya western atau kebarat-baratan.
“Ini menjadi pr kita bersama sebagai pemuda penerus dalam melestarikan budaya agar tak lekang termakan oleh zaman. Menjadi sangat penting dalam melestarikan budaya pemuda harus mengambil peran, sehingga paham betapa pentingnya budaya untuk berkehidupan sehari-hari,” ungkapnya.
Pemuda juga, tegas Kholid, harus bisa menjadi penengah atau pelaku budaya yang moderat apabila terjadinya konflik atas entitas-entitas budaya yang terjadi, dan harus menjadi pelaku budaya yang toleran, sehingga hidup ber-rukun dan ber-gotong royong yang menjadi budaya orang Indonesia dapat diimplentasikan.
Editor: Adrianus Susanto318