Salim yang juga petani, mitra kerja perhutani KPH Lawu Ds sebagai penyadap getah pinus. Sukses sekolahkan anak hingga lulus Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Muhamadiyah Yogyakarta dan akan melanjutkan ke S2.
Salim (50) tahun warga Desa Cepoko, Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. Pak Salim mulai menjadi penyadap getah pinus tahun 1987 sampai sekarang, sudah 35 tahun.
Salim bercerita jika hidupnya lebih tentram setelah menjadi penyadap getah pinus. “Lebih tenang dan adem hidup saya setelah menjadi penyadap getah.
Jam kerja, saya yang menentukan sendiri tidak terikat,” kata Salim, saat ditemui Pak Mandor menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Perhutani Ke-61.

Dalam sehari, lelaki yang memiliki dua anak ini bekerja selama 8 jam. Biasanya dia memulai aktivitas sejak pukul 07.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB.
Kegiatan yang rutin dilakukan setiap pagi adalah menyadap pohon pinus supaya mengeluarkan getah. Tiap pohon mendapat jatah pembaharuan empat hari sekali.
Sebelum dilakukan penyadapan, batok kelapa tempat penampungan getah yang menetes dari pohon ditutup menggunakan daun.
Selanjutnya mulailah tangan terampil Salim berayun menebaskan petel, sejenis kapak kecil khusus untuk menyadap getah.
Petel bermata tajam langsung menembus kulit ari pinus. Sistem menyadap tidak boleh ada serpihan kotoran sebab akan mengganggu kualitas getah yang dihasilkan.
“Saat ini, saya mendapat jatah di petak 57A-1 yang masuk Desa Cepoko Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo. Pohon yang saya sadap ada 700 pohon. Tiap bulan saya bisa setor ke Tempat Penampungan Getah (TPG) sekitar 450 kg dengan harga per kilogramnya Rp 4.700,” cerita Salim.
Dari hasil sadapannya, tiap bulan Salim bisa mengantongi uang sekitar Rp 1,8 juta – Rp 2 juta. Padahal pekerjaan menyadap hanya memakan setengah dari waktu efektif aktivitas hariannya.
“Saya sangat menikmati pekerjaan ini. Jam kerja fleksibel, hanya sekitar 8 jam. Selebihnya saya gunakan untuk beternak, cocok tanam dan beribadah serta waktu yang sangat cukup untuk keluarga, ” ucap Salim.
“Harapan, semoga nanti anak-anak bisa menjadi anak yang berguna pintar bisa menjunjung derajat orang tua,” harap Salim.
Salim terus akan menabung untuk membiayai anaknya yang nomor 2 yang masih kelas 4 Sekolah Dasar (SD). Salim bisa bernafas lega karena dia sudah menyiapkan dana untuk sekolah anak-anaknya dari hasil menyadap getah pinus.
“Jika ditekuni, pekerjaan menyadap getah bisa menjadi mata pencaharian utama, sebab hasil yang didapat setara dengan jerih payah yang dilakukannya,” tutup Salim

Administratur Perhutani KPH Lawu Ds, Loesy Triana beserta jajarannya disaat memberi penghargaan kepada Salim di acara Hari Ulang Tahun Perhutani Ke-61 di Aula Gunung Lawu kantor KPH Lawu Ds.
Menyatakan sangat berterima kasih kepada keluarga Pak Salim yang mana selama ini sudah membantu pekerjaan Perhutani dibidang produksi getah pinus.
Loesy siap mendukung penuh dengan upaya usaha Salim untuk membesarkan anaknya dan mensekolahkan anaknya dari hasil sadapan getah pinus.
“Berharap semoga Pak Salim kedepan lebih rajin lagi, sehat dan mendapat hasil sadapan lebih besar lagi dari sekarang yang telah di capai sehingga dapat mensekolahkan anak sampai Sarjana Kedokteran lagi,” tutup Loesy.