Pasaman Barat | Redaksi Satu – Penolakan tambang biji besi dengan berbagai aktifitas Eksplorasi di Nagari Air Bangis yang berdampak terhadap perekonomian masyarakat nelayan tradisional Air Bangis masih terus dilakukan.
Hal ini seperti yang disampaikan oleh Mailizar, salah seorang tokoh adat Air Bangis yang juga sebagai anggota DPRD Pasbar, menurutnya saat ini berbagai aktifitas Penambangan masih terus dilakukan oleh pihak PT. GMK di Air Bangis.
Sementara dikatakannya, operasi tambang biji besi tersebut tujuan dan manfaatnya bagi masyarakat belum dirasakan, yang ada saat ini hanya menjadi keresahan bagi masyarakat nelayan, terutama disaat badai sekarang, seharusnya masyarakat panen ikan di sekitar teluk, namun karena adanya aktifitas tambang hal itu tak lagi dapat dilakukan, karena ikan -ikan yang biasanya memasuki area teluk kini ikan-ikan itu tak lagi ditemukan.
“biasanya masyarakat nelayan disaat badai seperti sekarang, mereka tak lagi melaut jauh ke tengah mencari ikan, cukup hanya di seputar teluk ini saja, sebab ikan akan berada dan masuk ke teluk ini, namun saat ini, hal itu tak lagi ditemukan,” terangnya.
Pasalnya, menurut para nelayan dengan adanya tambang biji besi yang berada di Nagari Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas, kabupaten Pasaman Barat Sumbar tersebut, ikan -ikan tersebut tak lagi mereka temukan di sekitar teluk, hingga masyarakat nelayan tradisional Nagari Air Bangis perekonomiannya menurun drastis, untuk itu mereka mempertanyakan dan menolak keberadaan pengelolaan tambang di Air Bangis.
Sebagai pertimbangan dari beberapa butir penolakan tersebut, masyarakat berharap agar pemerintah, dalam hal ini kementerian Lingkungan hidup, kementerian kelautan dan instansi terkait lainnya, khususnya Pemkab Pasbar, mau dan dapat mendengar harapan dan keluhan serta keresahan mereka.
Masyarakat nelayan menyampaikan, transportasi laut yang digunakan oleh PT. GMK untuk membawa hasil tambang diduga akan menimbulkan pencemaran lingkungan perairan laut Air Bangis, yang dikhawatirkan akan merusak habitat ikan sebagai sumber perekonomian nelayan selama ini.
Masyarakat juga mempertanyakan, keberadaan perusahaan yang hingga kini tidak diketahui oleh masyarakat nelayan, karena perusahaan tidak pernah melakukan sosialisasi pada masyarakat.
Belum lagi adanya berbagai aktifitas yang dilakukan oleh pihak perusahaan, selama ini masyarakat nelayan hanya menjadi penonton dan melihat serta mendengar dari jauh saja, hingga masyarakar buta akan maksud dan tujuan keberadaan perusahaan tambang tersebut.
Begitu juga dengan hadirnya pekerja asing, dapat membuat masyarakat resah, sebab mereka sering terlihat berada di dalam kampung seenaknya saja, tanpa bersosialisasi dengan masyarakat setempat.
Di dalam aktifitasnya, keberadaan perusahaan tidak melakukan perekrutan tenaga kerja dari anak Nagari Air Bangis, terutama dengan situasi ekonomi saat ini, tentu masyarakat khususnya generasi muda Air Bangis sangat membutuhkan pekerjaan.
Bahkan pihak perusahaan sejak keberadaannya, tidak pernah melibatkan tokoh masyarakat, tokoh pemuda maupun tokoh adat dalam aktifitasnya.
Berdasarkan hal tersebutlah masyarakat mengharapkan adanya sosialisasi dan pertemuan yang dilakukan oleh perusahaan kepada masyarakat nelayan tradisional Air Bangis secara terbuka melalui kewenangan yang difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, hingga pemerintahan tingkat kecamatan sampai Pemerintahan Nagari/desa.
Demikian antara lain beberapa tuntutan dan harapan yang diajukan oleh Koordinator Masyarakat Nelayan Air Bangis yang didampingi oleh Ketua HNSI Pasbar, H. Danil, Anggota DPRD Pasbar, Mailizar, Tokoh masyarakat/ninik mamak/pemuda, Samlidar dan Ahmad Sarwansyah.
Sebelumnya, menurut penuturan mereka, pihaknya melalui beberapa tokoh masyarakat Air Bangis telah mencoba melakukan usaha pertemuan dan negoisasi, namun pihak perusahan tidak memberikan jawaban apapun atas permintaan mereka, bahkan informasi terputus.
Demikian juga sebelumnya, Pemerintah pernah berjanji akan memanggil semua pihak, karena konsesi berada di wilayah mereka, dengan merencanakan tata ruang dan tata wilayahnya yang peruntukan untuk tambang, dengan mengedepankan azas manfaat perkembangan ekonomi masyarakat setempat.
“selama ini kami bisa hidup tanpa ada tambang. tapi dengan ada tambang biji besi yang beroperasi, malahan ekonomi kami merosot tajam, untuk itu kami mohon perhatian pemerintah,”ujar Samlidar.
Dikatakannya, selama ini kami masyarakat nelayan terbiasa hidup bersama alam, di hamparan laut yang luas, namun saat ini kami terusik dengan adanya tambang tersebut.
“Makanya kami tidak ingin kehadiran tambang biji besi ini menjadi ancaman kehidupan bagi anak cucu kami ke depan,” tambah Mailizar.
Menurut masyarakat nelayan Air Bangis, bila keresahan dan penolakan ini tidak disikapi oleh pihak-pihak terkait, maka dalam beberapa waktu ke depan, ribuan masyarakat nelayan Air Bangis
akan melakukan aksi protes dan menggalang perlawanan langsung ke lokasi pelabuhan Tambang di Teluk Tapang.
Bahkan dalam waktu dekat, rencananya masyarakat Nelayan Air Bangis akan mengajak WALHI Sumbar dan Pasbar untuk mendesak Pemerintah Kabupaten Pasbar, agar segera menyikapi langkah ini dengan mensosilisasikan dan menerbitkan MOu maupun payung hukum yang jelas, hingga berbagai langkah strategis guna peningkatan perlindungan dan penyelamatan ruang hidup kehidupan ekonomi masyarakat terjamin ke depannya.
(Zoelnasti)