Presiden AS Joe Biden pada hari Selasa (12/12) mengatakan bahwa, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu perlu mengubah pemerintahan garis kerasnya.
Menurut Biden, bahwa Israel belum bisa mengungkapkan dan,’ terhadap untuk masa depan negara Palestina, sehingga meningkatkan banyak tekanan terhadap Israel.
Dalam pernyatannya Biden pada acara penggalangan dana, untuk kampanye kembali pada pemilihannya tahun 2024 adalah” tanda lebih lanjut.
Meningkatnya kekhawatiran AS, terhadap pemboman Israel di Gaza” yang menewaskan ribuan warga sipil Palestina.
“Mereka mulai kehilangan dukungan,” kata Biden, mengacu pada kekhawatiran masyarakat internasional atas pemboman tersebut.
Komentar tajam tersebut muncul ketika penasihat keamanan nasional Biden, Jake Sullivan, bersiap melakukan perjalanan ke Israel. Untuk melakukan pembicaraan dengan kabinet perang Israel.
Netanyahu pada hari Rabu mengatakan, Israel mendapat dukungan AS atas tujuannya menghancurkan Hamas dan memulihkan sandera yang ditahan oleh militan Palestina.
Namun sekutunya berbeda pandangan, tentang apa yang mungkin terjadi setelah perang Gaza.
Biden secara khusus menyebut politisi sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir, yang merupakan menteri keamanan nasional Israel, dan mengatakan “ini adalah pemerintahan paling konservatif dalam sejarah Israel.”
“Dia (Netanyahu) harus mengubah pemerintahan ini. Pemerintahan di Israel membuat hal ini menjadi sangat sulit,” Ucap Biden.
Ia juga mengatakan bahwa pada akhirnya Israel “tidak bisa mengatakan tidak” ke negara Palestina, yang ditentang oleh kelompok garis keras Israel.
Biden berkata “kita mempunyai peluang untuk mulai, menyatukan kawasan… dan mereka masih ingin melakukannya.
Namun kita harus bisa memastikan dan memahami betul, bahwa dia harus melakukan beberapa langkah untuk memperkuat… Anda tidak bisa mengatakan tidak ada negara Palestina… Itu akan menjadi bagian yang sulit.
Sullivan mengatakan pada hari Selasa bahwa selama kunjungannya ke Israel dia akan berdiskusi dengan para pejabat Israel mengenai jadwal perang di Gaza.
“Soal bagaimana mereka melihat jadwal perang ini pasti akan menjadi agenda pertemuan saya,” kata Sullivan yang diperkirakan akan melakukan perjalanan akhir pekan ini.
Biden telah menyatakan dukungan kuat terhadap operasi militer Israel melawan militan Hamas di Gaza, namun ia dan timnya menyatakan keprihatinan yang semakin besar tentang kematian warga sipil Palestina.
Biden agendakan bertemu pada hari Rabu (14/12) di Gedung Putih. “Dengan anggota keluarga warga Amerika, yang disandera oleh Hamas.
Selama serangan 7 Oktober di Israel selatan yang menewaskan 1.200 orang, kata seorang pejabat Gedung Putih.
Sullivan menyalahkan Hamas atas kegagalan gencatan senjata Israel-Hamas dari 24 November hingga 1 Desember karena militan menolak melepaskan sandera lagi.
“Hamas hingga hari ini terus menahan wanita, orang tua lanjut usia, hingga warga sipil dalam jumlah yang signifikan.
Lalu mereka tetap saja bersikeras: ‘Hei, bagaimana kalau semua orang berhenti saja.’ Jadi kami yakin Israel punya hak untuk membela diri,” Ujar Sulivan. Dikutip dari Reuters.
(**Red**).