Singapura – Kisah pelik pengasuh bayi atau lansia pekerja Pembantu Rumah Tangga (PRT), Indonesia di luar negeri (Singapura) keberadaan para pekerja menjadi sorotan tajam.
Menurut uraian para pengguna jasa PRT dari Singapura memberikan rangkaian ketidakpuasan para pekerja asal Indonesia, (19/12/2024).
Seperti dikutip dari CNA. Seorang anak inisial (M) dari negara Singapura telah menyebutkan suatu kesalahan besar dialamatkan oleh PRT berasal dari Indonesia.
Melalui tulisan ini di rilis oleh Calvin Ton, (M) asal Myanmar seorang (anak) menceritakan padanya kisah riwayat orang tuanya yang berusia 87 tahun.
Dalam rangkaian itu para PRT pengasuh lansia asal Indonesia, (M) mengatakan pengasuh orang tuanya, bertindak kasar dan acapkali membentak baik Ibunya (87) maupun anak-anaknya (M).
Dalam kisah itu (M) mengatakan rangkaian panjang tentang riwayat Ibunya, bermula sebelum orang tuanya lumpuh (87) memakai kursi roda.
Dahulunya Ibunya seorang wanita pekerja keras dan energik. Namun, semuanya berubah saat ia terjatuh di rumah dan mengalami patah tulang punggung dan jari. Ia harus bergantung pada kursi roda, dan kemampuan kognitifnya pun ikut terpengaruh. (Kelvin Ton – CNA).
Kecelakaan ini mengubah peran Migrant Domestic Workers (MDW) kami dari Myanmar, Ibu M, dari yang tadinya hanya mengurus rumah tangga menjadi seorang pengasuh setiap hari.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan ibu saya, hambatan komunikasi antara kami dan Ibu M menjadi lebih jelas. Intensitas situasi ini bahkan membuat kami mempertimbangkan untuk mempekerjakan pembantu kedua.
Di luar tugas rutin PRT, MDW mendukung para lansia dalam berbagai aktivitas sehari-hari, termasuk mengatur pengobatan, memandikan, memberi makan, dan memindahkan mereka dari tempat tidur ke kursi roda.
Para pekerja migran Indonesia juga menemani majikan mereka ke rumah sakit untuk memeriksakan diri, dan banyak yang bekerja sepanjang waktu, seperti membantu anggota keluarga lanjut usia menggunakan kamar mandi di tengah malam.
Tuntutan ini bisa sangat membebani, menguras energi fisik dan emosional. Jelas bahwa keluarga harus mendukung mereka sebagai balasannya – ini berarti harus melampaui dinamika majikan-karyawan.
Bagaimanapun, pekerja migran bukan hanya pekerja – mereka adalah anggota keluarga yang tinggal di rumah kita.
Namun, hubungan antara keluarga dan pekerja migran ini bukannya tanpa tantangan. Insiden pembantu rumah tangga.
Menurutnya dia menyiksa orang tua , anak-anak , dan hewan peliharaan yang mereka asuh terkadang menjadi berita utama di Singapura.
Di satu sisi, berita-berita ini menyoroti risiko kekerasan, dalam rumah tangga dan perlunya kewaspadaan.
Di sisi lain, berita-berita ini dapat memperkuat stereotip dan menimbulkan rasa tidak percaya, sehingga mengaburkan peran yang sering kali kurang dihargai oleh para pekerja migran dalam pengasuhan anak.
Sebaliknya, kita mesti membina hubungan yang dilandasi oleh empati, di mana dukungan antara pekerja migran Indonesia dan pemberi kerja mengalir dua arah.
Peranan Penting Pekerja Rumah Tangga ke Luar Negeri Pengasuh Lansia.
Hal ini menjadi catatan bahwa kami selaku ketua DPD Serikat Praktisi Media Indonesia (SPMI) Prov Jabar Saidi Hartono menilai, dimana dalam tulisan yang dituangkan oleh jurnalis Kelvin Ton dari CNA.
Pekerja Ibu Rumah Tangga (PRT) menjadi tantangan bagi Kementerian Ketenagakerjaan RI, dimana para pekerja asal Indonesia mendapatkan kritikan dari negara Singapura.
Kritikan itu seakan-akan menyudutkan para pekerja (PRT) bagi bangsa kita, dimana hal ini sangatlah penting bagaimana mungkin kalau pekerja pembantu rumah tangga banyak kesalahan dalam bekerja, seperti di negara Singapura.
Mungkin sebaiknya menurut kami pembantu rumah tangga, pemerintah dapat melarang para pembantu rumah tangga bekerja disana (Luar Negeri).
Sebab kita bangsa yang mandiri bukankah para pekerja PRT, bekerja di negerinya sendiri banyak yang membutuhkan.
Mengapa harus ada para pekerja dikirim kesana’, hanya disebakan minimnya tingkat lowongan pekerjaan bagi pembantu rumah tangga.
Kita tidak menginginkan para PRT bekerja di luar negeri, diawali mengalami cemohan atau penyiksaan batin diawali ketidakpuasan dengan disebabkannya oleh komunikasi bahasa yang berbeda” sehingga menjadi pemicu utama.
Peran pemerintah sangatlah penting untuk mencegah pekerja PRT, bekerja di luar negeri. Untuk mengubah dan dinamika para pekerja bekerja di luar negeri seperti dilansir dari Singapura.
Seperti yang dilansirkan dibawah ini dari jurnalis Calvin Ton menguraikan rangkuman para pengasuh asal Indonesia banyak menuai kesalahan dialamatkan pada bangsa kita. (***Saidi Hartono-RED***).