Redaksi satu,id -Limapuluh-Kota- Warung maksiat di Rimbodata Pangkalan,Kab.Limapuluh-kota resahkan warga Kecamatan Pangkalan Sumbar dan Kecamatan XIII Koto Kampar- Riau. Warung remang-remang tersebut sepertinya tidak pernah terjamah aparat Penertiban Pemerintah kedua wilayah. Jumlahnya semakin bertambah dan resahkan warga Pangkalan sekitarnya, sejak 3 tahun belakangan ini.
Warung maksiat berkedok warung minuman itu semakin leluasa beroperasi lakukan praktek prostitusi dan transaksi narkoba. Warung tersebut tersebar terletak dipinggiran jalan raya pada sepanjang jalan raya Pangkalan hingga perbatasan Prov.Sumbar- Riau.
Warung yang menawarkan Wanita-wanita PSK itu, semakin meresahkan warga Kecamatan Pangkalan -Sumabar dan Kecamatan XIII Koto Kampar- Riau. Dikuatirkan akan semakin bertambah banyak merusak moral kaangan muda di kedua Kecamatan itu
Warung yang menawarkan daun muda itu dewasa ini sangat meresahkan dan menjadi sumber perpecahan rumahtangga warga sekitarnya.
Sumber-sumber yang dihimpun awak media mengungkapkan bahwa tempat-tempat maksiat itu, tidak pernah mendapat teguran ataupun swiping dari pihak aparat berwenang.
Lili ( 24 ), salah seorang PSK mengatakan bahwa jam tayang prostitusi mulai pukul 16.00 Wib hingga dini hari. Hasil pantauan awak media setidaknya terdapat 30 wanita muda yang tersebar di 17 warung yang ada di kawasan setempat.
Praktek prostitusi diawali dengan modus menawarkan pijat tradisionil. Seperti yang diungkapkan Wanita PSK lainnya, Wl ((16) bahwa mereka siap diajak ngamar dan di bawa ke luar. Tarif yang ditawarkan berkisar Rp 100 hingga 250 ribu rupiah untuk short time. Nilai itu tergantung sepi hingga ramainya pengunjung. Sedangkan untuk dibooking keluar maka tarifnya berbeda Lagi. Jumlahnya sesuai kesepakatan, jelas WI .
Menurut salah seorang pemuka masyarakat Rimbodata-Pangkalan, yang minta Namanya di tulis inisial UJ (45 ) mengatakan bahwa keberadaan warung itu pernah dilaporkan pada pemerintahan Nagari. Namun laporan dan pengaduan mereka tidak digubris. warung maksiat itu tetap beroperasi dan semakin merajalela dan menjadi-jadi.
Hasil pantauan awak media, Senin kemarin, belum terlihat adanya tanda-tanda ada tindakan dari pemerintahan ataupun pihak berwenang. Apakah ini akan kita biarkan hingga beberapa korban perceraian yang akan terjadi .
Sebagaimana diungkap Mr (62) bahwa ia sangat mengkuatirkan akan moral remaja pria di Rimbo
data- Pangkalan ini. Ayah 4 orang remaja pria ini kerap dibikin was-was, jika anaknya pulang larut malam. Lelaki tua yang berprofesi petani itu, menyangsikan berkembang-biaknya penyakit kelamin.
Melalui awak media ia berharap kiranya pihak yang berkempeten segera turun tangan membersihkan praktek maksiat dimaksud. Dan katanya yang paling menakutkan itu adalah keterlibatan pengkonsumsi sabu, yang katanya bahwa di warung itu juga dijadikan sebagai tempat menyabu oleh Sebagian pengunjung.
Penulis : Eka Yahya.