/ Din Saja
Seniman terlanjur dikenal sebagai sosok egois. Egois Seniman di sini maksudnya tidak mau mendengar pihak lain di luar dirinya.Bagi Seniman seperti ini, yang benar itu apa yang menurut pendapatnya sendiri.
Egois merupakan suatu kecenderungan individ manusia untuk memprioritaskan keinginan dan kebutuhan sendiri di atas kebutuhan dan keinginan orang lain. Seseorang dengan sifat ini kerap bertindak berlebihan dengan caranya. tujuannya semata-mata untuk menguntungkan diri sendiri, meski harus merugikan orang lain. Sifat egois ini sendiri berasal dari paham egoisme yang dikenalkan di dalam dunia filsafat.
Sebenarnya, seorang seniman yang memahami hakekat kebenaran, dia harus menepis egoisnya dan bersikap akomodatif, melihat sesuatu sebagaimana adanya dan tetap mengakui keberadaan sesuatu di luar dirinya.
Seorang seniman tentu mempunyai pilihan dan pilihan itu tidak dapat dipengaruhi secara langsung oleh siapapun. Dalam penciptaan karya seni, sikap seperti ini tentu wajib dimiliki seorang seniman.
Untuk kepentingan penciptaan karya seni, seniman memang tidak boleh tunduk pada kehendak pihak lain, sebab pertanggungjawabannya ada pada seniman penciptanya.
Namun, untuk kepentingan kebersamaan, tentu seniman wajib memiliki sikap kompromi. Misalnya dalam upaya menjalankan sebuah organisasi, Seniman harus menerima kesepakatan atas keputusan bersama dalam organisasi, tidak berdasarkan keputusan pribadi seniman. Apalagi untuk memaksakannya pada organisasi tersebut.
Kelemahan kita, banyak seniman tidak memahami hakekat seorang seniman.Akibatnya banyak orang yang hanya mampu memainkan kesenian. Profesi itu bertahun-tahun dilakoninya. Bahkan banyak juga diantaranya yang hanya memiliki pengetahuan tentang kesenian, sayangnya tidak banyak yang mampu menciptakan karya seni, apalagi karya cipta seni yang berjiwa dan mencerahkan, selain hanya sebagai pemain kesenian, baik pemain kesenian masa lalu (tradisi), maupun pemain kesenian masa kini (modern).
Keadaan tidak memahami hakekat sebagai seniman seperti ini yang menyebabkan seniman menjadi egois, tidak kreatif, dan sulit untuk menciptakan kebersamaan dalam membangun sebuah organisasi kesenian.
II.
Karya seni yang bagus itu dapat memberi getaran, memberi kesan, menarik perhatian, karena dia memiliki jiwa, roh tapi bukan nyawa.
Karya seni seperti itu tercipta berdasarkan perjalanan jiwa seniman penciptanya.Jiwa yang mengalami terpaan kehidupan yang keras, lama, diuji dalam badai.
Jiwa yang menghayati kehidupan, jiwa yang ikhlas, jiwa yang keras dan tegar, jiwa yang menghargai segala hal serta nilai, jiwa yang tidak dapat dibatasi oleh negara, bangsa, ideologi, filsafat, ilmu pengetahuan dan bahkan juga agama.
Sebuah karya seni merupakan hasil pemikiran yang dijiwakan serta manifestasi jiwa yang dipikirkan.
Karya seni itu bukan robot, bukan tanpa nilai, bukan pula hasil kerja asal-asalan, tapi sebuah pengabdian terhadap kehidupan, sebuah ibadah terhadap Tuhan.
Itu sebabnya seniman itu bukanlah profesi keahlian dan berkesenian bukan pula lapangan kerja. Karya seni itu pencerahan dan pencerdasan yang merupakan hasil proses perenungan dan yang mampu pula men-stimulus renungan bagi penikmatnya. demikian pula sebaliknya bahwa seniman itu bukanlah sebuah profesi penghibur.
III.
Menganjurkan kepada Gubernur Aceh: adanya dana abadi kesenian, dibentuknya organisasi kesenian sesuai dengan peraturan hukum dan perundang-undangan, adanya qanun perlindungan kesenian Aceh, mengembalikan peran dan fungsi seniman sebagai penanggungjawab terhadap kesenian dengan tugasnya menyusun rencana strategis pengembangan kesenian, melaksanakan seluruh kegiatan kesenian dalam bentuk workshop, pelatihan, pendidikan formal dan non formal kesenian, manajemen kesenian, pertunjukan kesenian, pendataan jenis-jenis kesenian dan seniman Aceh, penerbitan jurnal kesenian sebagai media publikasi, edukasi dan dokumentasi.
(salah satu Draf Materi Diskusi yang akan disampaikan Din Saja pada Forum Group Discussion di Taman Seni dan Budaya Aceh pada 26 Agustus 2023 )