Jepang memiliki infrasturktur energi yang mirip dengan Indonesia. Energi fosil masih dominan di kedua negara, 80 persen di Jepang dan 90 persen di Indonesia. Alhasil, kedua negara menetapkan target ambisius dalam mencapai net zero emission, Jepang pada 2050 disusul Indonesia satu dekade berikutnya.
Beragam inisiatif diluncurkan Jepang untuk meraih target net zero emission. Pada 2021, Jepang membentuk Asia Energy Transition Initiative (AETI) untuk ASEAN, yang menyiapkan dukungan finansial 10 miliar dolar bagi pengembangan teknologi, energi terbarukan, efisiensi energi, carbon capture and storage (CCS) serta carbon capture, utilization and storage (CCUS). Negeri matahari terbit itu juga menetapkan tahun 2050 sebagai target pengembangan teknologi inovatif dalam mengurangi emisi karbon.
Untuk mengakselerasi transisi energi kedua negeri, Universitas Pertamina sebagai kampus teknologi dan bisnis berorientasi energi, menggandeng dua perguruan tinggi terkemuka Jepang untuk bersama mengembangkan sustainable energy dan mengurangi emisi.
“Center of excellence Universitas Pertamina bekerja sama dalam riset energi terbarukan, CCS-CCUS, pertukaran pengalaman dan riset akademik, serta pertukaran ilmuwan dengan Tsuji lab dari University of Tokyo dan laboratory of energy resources engineering dari Kyushu University,” ujar Rektor Universitas Pertamina, Prof. Dr. Ir. Wawan Gunawan A. Kadir, MS yang juga selaku Head of CoE CCS-CCUS Indonesia.
Ketiga pihak, lanjut Prof. Wawan, juga sepakat untuk bersama mengembangkan Sustainability Center Universitas Pertamina. “Lembaga ini didesain untuk menelurkan riset akademis dan praktis di bidang keberlanjutan, dan membentuk generasi yang sadar akan keberlanjutan,” kata Prof. Wawan dalam kegiatan penandatangan kerja sama di kantor Pertamina East Asia Representative, Tokyo, Jumat (26/05).
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Salyadi Saputra selaku Direktur Strategi, Portofolio, & Pengembangan Usaha (SPPU) PT Pertamina (Persero), Agus Mashud S. Asngari, President Director Pertamina Foundation, Fuadi Arief Nasution, Head of Pertamina Representative East Asia, Prof. Tsuji Takeshi dari Tokyo University dan Prof. Dr. Yasuhiro Yamada dari Kyushu University.
Dalam kesempatan itu, Salyadi menyampaikan dukungan Pertamina dalam kerja sama Universitas Pertamina dengan perguruan tinggi Jepang.
“Pertamina mendukung penuh kerja sama pengembangan bidang geothermal, CCS, sustainable chain management dan sustainable center oleh ketiga perguruan tinggi. Pertamina memiliki banyak lapangan migas yang silahkan dimanfaatkan sebagai lokasi riset,” tutur Salyadi.
Sementara itu Prof. Tsuji Takeshi menekankan kerja sama pada bidang spesifik carbon neutral untuk pengurangan emisi. “Tsuji lab dari University of Tokyo bidang resources engineering siap bertukar dan bertransfer teknologi serta saling belajar dengan Universitas Pertamina. Kami mendorong agar terjadi pertukaran mahasiswa dan dosen, termasuk saya sendiri siap mengajar di Universitas Pertamina. Kami berharap kerja sama yang konkrit dapat segera terealisasi guna mendukung sustainable energy,” ujar Prof. Tsuji.
Hal tersebut diamini Prof. Dr. Yasuhiro Yamada, Head of Department of Earth Resources Engineering dari Kyushu University. “Profesor-profesor kolega kami di Kyushu University berharap disamping riset bersama, juga dilakukan student and faculty exchange. Pertukaran staf dan mahasiswa akan berdampak baik bagi kedua belah pihak. Saat ini cukup banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di Kyushu University melalui beasiswa,” imbuh Yamada Sensei.
Saat ini, Universitas Pertamina tengah membuka pendaftaran Seleksi Nilai Rapor (tanpa tes) dan Ujian Mandiri untuk Tahun Akademik 2023/2024. Pendaftaran telah dibuka hingga Juni 2023 mendatang. Informasi lengkap terkait program studi serta syarat dan ketentuan pendaftaran dapat diakses di laman https://pmb.universitaspertamina.ac.id/