BerandaKESEHATANBKKBN 2024 Bersama Komisi IX DPR RI Gelar Sosialisasi dan KIE Program...

BKKBN 2024 Bersama Komisi IX DPR RI Gelar Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana di Provinsi Lampung

BKKBN atau Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, kembali menggelar Sosialisasi dan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting bersama mitra kerja.

Kegiatan Sosialisasi yang digelar BKKBN berlangsung di Halaman Rumah Bu Win, Desa Panca Tunggal, Kec.Merbau Mataram, Kab. Lampung Selatan, Selasa (30/1/2024), diikuti ratusan kader, seperti Tim Posyandu dan Tim Pendamping Keluarga.

Dalam gelaran Kegiatan Sosialisasi BKKBN mengenai Stunting ini menghadirkan dua Nara sumber yaitu Ibu Dian Istiqomah, S.Kep (Anggota Komisi IX DPR RI) dan Ibu Intan Annisa Fitri, S.Sos (Ketua Tim Kerja Hubungan Antar Lambaga, Advokasi, KIE dan Humas BKKBN Provinsi Lampung).

BKKBN

Dalam kesempatan ini Ibu Dian Istiqomah, S.Kep mengungkap bahwa sebagai orang tua harus tegas mengatur anak – anak dalam bermain, makan hingga menjaga pola tidur dan kesehatan mereka untuk menjadi anak dan cucu yang berkualitasa.

“Kadang orangtua berpikir nanti lapar juga ambil makan sendiri ibunya suka gitu kan, ah sudah besar nanti dia cape juga tidur. Nah hal- hal seperti ini sudah tidak boleh. Diatur kalau main terus walaupun anaknya sudah besar ditegur kalau tidak makan, makannya tidak teratur ditegur. Kalau ngerokok terus juga ditegur. Kalau bisa itu rokoknya diambil disimpan dibuang masukin air tidak apa-apa. Kalau diambil dikasih bapaknya ya percuma.” Ujar Dian Istiqomah, S.Kep, Anggota Komisi IX DPR RI di acara Sosialisasi yang digelar BKKBN di Desa Panca Tunggal, Kec.Merbau Mataram, Kab. Lampung Selatan, Selasa (30/1/2024)

“Nah untuk mempunyai cucu yang berkualitas tentunya semua disiapkan dari dini. Kita nggak mau ketika nanti Indonesia emas 21 tahun ke depan, anak-anak kita tidak ada yang menjadi pemimpin kan kita tidak mau seperti itu. Tentunya tidak begitu saja untuk menjadi seorang pemimpin. Diperhatikan gizinya, makannya, ini nih Lampung kita nanam apa pun jadi. Kelurahan kalau menemukan anak Stunting gercep langsung laporkan ke Puskesmas. Biar Puskesmas segera merujuk ke rumah sakit yang lebih tinggi biar bisa ditangani karena yang sudah kena Stunting itu tidak bisa sembuh. Inget karena Stunting ini yang diserang itu kecerdasan ini perlu digarisbawahi,”tambah Dian Istiqomah

BACA JUGA  Penyebab dan Cara Mengatasinya Tumit Sakit Saat Bangun Tidur

BKKBN

Sedangkan Intan Annisa Fitri, S.Sos Ketua Tim Kerja Hubungan Antar Lambaga, Advokasi, KIE dan Humas BKKBN Provinsi Lampung dalam kesempatan yang sama memberikan materi mengenai Stunting.

“Jadi seorang ibu itu boleh sakit. Kalau ibu sakit bencana Bu, siapa yang ngurusin anak suami ya. Setelah vakum lama BKKBN kita tahun 2020 itu ada re-branding. Kalau dulu memang fokusnya pembatasan pada jumlah anak. Tapi generasi sekarang susah Bu misalnya dikasih tahu anak gak boleh lebih dari satu, karup ku toh gitukan yang kasih makan siapa. Anak sekarang gak bisa Bu. Jadi kita fokusnya pada kualitas. Sekarang kita ini jatuhnya ke edukasi bahwa dua anak lebih sehat. Sekarang taglinenya #duaanaklebihsehat dengan program Bangga Kencana lebih enak disebut dan dihafalkan.”kata Intan Annisa Fitri, S.Sos.

Intan Annisa Fitri mengatakan bahwa BBKBN ditunjuk sebagai ketua pelaksana dari Stunting. Dimana Stunting ini kondisi gagal tumbuh kembang pada baduta (bayi di bawah 2 tahun) karena kekurangan gizi kronis artinya kekurangan gizinya nggak sebentar tapi tapi berkepanjangan sehingga menyebabkan tumbuh kembangnya tidak optimal baik fisik maupun otak.

BKKBN

“Deskripsikan secara fisik yang terlihat dia biasanya lebih pendek dari anak seusianya tapi pendek itu belum tentu Stunting tapi kali Stunting sudah pasti pendek misalnya teman-temannya usianya 5 tahun Dia terlihat seperti usia 2 tahun 3 tahun teman-temannya di usia 5 tahun sudah mengenal huruf misalnya bisa berkomunikasi dengan lancar. Kalau anak Stunting dia tertinggal,  kemampuannya tidak seperti anak diusianya. Kemampuan berkomunikasinya terhambat, nggak lancar ngomongnya apalagi mau mengenal huruf angka dan belajar yang lainnya. Kalau salah satu keluarga Stunting serem karena tidak bisa diobati. Divonisnya anak Stunting tidak bisa asal, jadi yang bisa menvonis Stunting adalah tenaga kesehatan setelah dilakukan observasi yang berkelanjutan.”tutup Intan Annisa Fitri

BACA JUGA  BKKBN Bersama Dr. Dewi Aryani Gelar Sosialisasi dan Kie Program Bangga Kencana di Tegal.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.