spot_img

Belajar Melepas: Tidak Semua Hal Harus Kita Genggam Erat

Lepas

Oleh : Muhamad Sarman

Redaksisatu – Dalam perjalanan hidup, kita sering kali diajari untuk berjuang, bertahan, dan menggenggam apa pun yang menurut kita penting. Sejak kecil, kita dibiasakan untuk tidak mudah menyerah.

Jika ingin sesuatu, kejar sekuat tenaga. Jika sudah mendapatkan sesuatu, jaga dan pertahankan jangan sampai lepas, Namun semakin dewasa, kita menyadari bahwa hidup tidak sesederhana itu. Tidak semua hal bisa—atau seharusnya—kita genggam erat. Ada hal-hal yang justru harus kita lepaskan, dan ada juga persoalan yang hanya bisa diselesaikan oleh waktu.

Genggaman yang Terlalu Erat Justru Menyakitkan

Bayangkan menggenggam pasir. Semakin keras kita menggenggam, semakin cepat pasir itu jatuh keluar dari sela-sela jari. Begitu pula dalam hidup. Terkadang, semakin kita memaksakan sesuatu untuk tetap berada di genggaman, semakin sakit dan semakin lelah kita dibuatnya.

Hubungan yang tidak lagi sehat, misalnya. Atau pekerjaan yang membuat kita tertekan. Atau harapan yang tak lagi sejalan dengan kenyataan. Ketika kita mencoba mempertahankannya dengan kekuatan penuh, yang sering muncul bukanlah kebahagiaan, tetapi rasa sesak dan kelelahan yang meMenyakitk

Melepas Bukan Berarti Kalah

Melepas sering kali disalahartikan sebagai tanda menyerah, kalah, atau tidak mampu bertahan. Padahal, melepas justru membutuhkan keberanian. Melepas berarti kita jujur pada diri sendiri bahwa ada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.

Melepas adalah bentuk penghormatan terhadap diri sendiri—bahwa kita juga berhak untuk tenang, sembuh, dan melangkah akan terasa lebih ringan.

Dalam hidup, ada hal yang bisa kita perjuangkan, ada yang perlu dipertahankan, tetapi ada pula yang harus kita relakan pergi. Dan membedakan ketiganya adalah seni berpikir jernih.

Waktu Memiliki Cara yang Tidak Kita Mengerti

Ada persoalan yang tidak bisa selesai hanya dengan tenaga, pikiran, atau keinginan kita. Ada luka yang tak bisa sembuh hanya dengan alasan atau permintaan maaf.

BACA JUGA  DPD RI Penguatan Wewenang Bidang Legislasi

Ada pertanyaan-pertanyaan hidup yang jawabannya tak muncul walau kita memikirkannya hingga larut malam, karena menjadi rahasia Tuhan.

Di titik inilah kita belajar bahwa waktu memiliki perannya sendiri.

Waktu mengendapkan amarah, Waktu menenangkan hati, Waktu memperlihatkan mana yang sebetulnya penting dan mana yang hanya kebisingan sementara, Waktu menunjukkan siapa yang memang ditakdirkan tinggal dan siapa yang memang harus pergi.

Sering kali, apa yang terasa berat hari ini ternyata menjadi biasa saja ketika kita melihatnya dari jarak beberapa tahun kemudian.

Yang dulu kita tangisi, mungkin kini tinggal cerita. Yang dulu kita anggap akhir segalanya, ternyata hanyalah awal menuju sesuatu yang lebih baik.

Hidup Bukan Hanya Tentang Mempertahankan

Hidup adalah perjalanan antara menggenggam dan melepaskan. Kita menggenggam hal-hal yang membuat hidup bermakna—keluarga, prinsip hidup, persahabatan yang tulus, dan kejujuran.

Tetapi kita juga harus belajar melepaskan hal-hal yang menghambat langkah kita—ego, dendam, rasa takut, dan orang-orang yang tak lagi selaras dalam urusan kerja kita.

Kebijaksanaan tidak datang dari seberapa banyak hal yang kita kumpulkan, tetapi dari kemampuan memilih mana yang kita jaga dan mana yang kita lepaskan.

Ketika Kita Berani Melepas, Kita Membuka Ruang Baru

Saat tangan kita penuh, maka kita tidak bisa menerima apa pun. Tetapi ketika kita berani spekulasi membuka telapak, disitulah ada ruang baru yang tercipta.

Melepas memberi kesempatan bagi hal-hal baik untuk masuk. Melepas membuka jalan baru, peluang baru, bahkan kebahagiaan yang sebelumnya tak pernah kita bayangkan.

Mungkin inilah yang sering luput kita pahami: bahwa di dalam proses kehilangan itu sering kali menjadikan pintu masukuntuk menuju penemuan baru.

Penutup dalam tulisan dan ini, Hidup itu Mengalir, maka Kita Pun Harus Belajar Mengalir, Tidak semua hal harus kita genggam erat. Ada yang perlu kita jaga, ada yang harus kita relakan, dan ada persoalan yang waktulah yang akan menyelesaikannya.

BACA JUGA  Miris.! Di "Mandailing Natal" Dana Desa Korupsi Berjamaah

Tugas kita sebagai manusia hanyalah menjalani dengan hati yang lebih tenang, pikiran yang lebih rendah hati, dan keberanian untuk menerima kenyataan bahwa hidup tidak selalu sesuai keinginan kita.

Karena pada akhirnya, yang membuat kita dewasa bukanlah seberapa kuat kita menggenggam, tetapi seberapa bijak kita melepaskan. Salam Nalar Akal Waras.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

spot_img