Opini
Redaksi Satu – Meluasnya gunjingan terhadap pelayanan Makanan Bergizi Gratis (MBG), menjadi topik belakangan ini, (29/9/2025).
Di mana program Makanan Bergizi tersebut, menjadi keseriusan diberbagai daerah terhadap siswa sekolah.
Namun berkembangnya kesehatan siswa sekolah menurun baik SD, SMP, hingga SMA, ketika mengalami keracunan saat menyantap Makanan Bergizi Gratis.
Ini merupakan PR bagi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang mewakili pemerintah dan juga selaku penyelenggara, makanan Gizi Gratis.
Menurut Wali Kota Solo, Respati Ardi, ia mengungkapkan bahwa seperti dapur sehat SD 1 Ketelan tidak akan tergantikan dengan program MBG, dikutip dari Kompas, (27/9).
Justru, dapur sehat sekolah tersebut akan dijadikan percontohan di tengah maraknya gelombang keracunan MBG di berbagai daerah.
Silakan itukan hak dari beliau. Jadi tidak wajib diganti, tidak. Nanti saya akan komunikasi dan belajar (dapur sehat),” imbuhnya.
Lebih lanjut, Respati berharap program MBG bisa benar-benar tepat sasaran.
“Kita tentunya penerima ini yang benar-benar penerima manfaat yang betul-betul tepat sasar penerimanya,” ungkapnya.
Sebelumnya, orangtua siswa SD Muhammadiyah 1 Ketelan sempat cemas dapur sehat yang sudah berjalan 10 tahun akan digantikan MBG.
Kekhawatiran itu muncul setelah maraknya kasus keracunan makanan MBG di sejumlah daerah, termasuk di Bandung Barat yang menyebabkan 842 orang keracunan dalam tiga hari.
Salah satu orangtua, Indri, menyatakan keberatan. “Pada heboh di grup wali murid.
Mereka pada cemas karena kasus keracunan lagi banyak-banyaknya di Indonesia sampai 5.000 lebih.
Tahu-tahu kita yang sudah punya sistem bagus ini malah mau dikasih MBG,” kata Indri, Jumat (26/9/2025).
Indri menilai dapur sehat sekolah lebih aman dan segar meski berbayar Rp 9.000 – Rp 10.000 per porsi.
“Lha sekarang kalau dikasihkan MBG masaknya tengah malam gitu kita apa tidak khawatir. Orangtua mana yang tidak khawatir,” ujarnya.