Redaksi Satu.Id, Bandung – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi turut membeberkan kondisi keuangan Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) tahun 2025.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan, dari anggaran Rp31 triliun yang tersedia di tahun 2025, nyaris sepertiganya sudah terkunci, rencana untuk membayar utang dan kewajiban warisan gubernur sebelumnya.
Banyak yang tanya, dari kalangan masyarakat berapa anggaran Jabar tahun ini? Rp31 triliun. Namun jangan dikira semuanya bisa dipakai.
“Dari itu, Kami harus bayar dulu utang PEN, BPJS, operasional Kertajati, sampai Masjid Al Jabbar, “ungkap Dedi Mulyadi atau KDM dalam keterangan resminya, disampaikan Minggu lalu.
KDM sapaan akrabnya menjelaskan secara detail, setidaknya Rp600 miliar harus dibayarkan untuk utang Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Lalu ada Rp334 miliar untuk tunggakan BPJS, serta Rp60 miliar untuk operasional Bandara Kertajati, dan lainnya sekitar Rp40 miliar untuk operasional Masjid Al Jabbar.
“Tak sampai di situ, Pemprov juga harus menyelesaikan persoalan ijazah siswa yang tertahan akibat belum di tebus, “ungkap Dedi.
Namun total nilainya mencapai Rp1,2 triliun, dan sejauh ini sudah dibayarkan sekitar Rp600 miliar melalui skema dana Bantuan Pendidikan Menengah Universal (BPMU).
“Uangnya terbatas, tapi kebutuhan rakyat tetap harus dilayani. Jalan harus bagus, bencana harus ditangani, anak sekolah harus bisa lanjut, santri tetap dapat beasiswa. Itulah komitmen saya, “tegasnya disampaikan Jumat (25/7/2025) siang.
Dedi mengakui situasi ini tidak mudah. Namun dirinya menjamin Pemprov Jabar, tak akan lari dari tanggung jawab.
Pengetatan belanja dilakukan, tapi tidak dengan mengorbankan hak rakyat. “Mohon doa dari masyarakat.
Kami akan terus bekerja meski dengan napas fiskal yang pendek, “jelasnya.
Meskipun kini diketahui masa kepemimpinan Gubernur Ridwan Kamil, memang banyak menyisakan utang.
Hal itupun juga dibenarkan oleh Pj Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin.
Ia mengatakan bahwa utang itu salah satunya juga, untuk pembangunan Masjid Raya Al Jabbar, meski sebagian anggarannya dari PEN saat COVID-19.
Saat itu, pemerintah provinsi mendapatkan pinjaman total Rp3,4 triliun dari PEN.
Namun saat itu uang yang dipakai tidak sepenuhnya, hanya Rp207 miliar, cicilannya 500 miliar selama delapan tahun.
Masjid Raya Al Jabbar sendiri dibangun pada masa kepemimpinan, Gubernur dan wakil Gubernur Ridwan Kamil – Uu Ruzhanul Ulum pada 2018-2023.
Namun, rencana dan usulannya sudah dilakukan sejak periode 2013-2018 Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar.
Desai Masjid Raya Al Jabbar sendiri digambar langsung oleh Ridwan Kamil.
Selain itu karpet yang saat ini digunakan juga, diimpor langsung dari luar negeri.
Namun, dibalik kemegahan masjid yang berlokasi di Gedebage, Kota Bandung ini ternyata tidak semuanya dibangun memakai APBD. Melainkan ada dari hutang.
Mulanya, alokasi anggarannya untuk masjid ini sebanyak Rp360 miliar.
Namun, setelah adanya wabah COVID-19 dipangkas dan menyisakan anggaran sekitar Rp31,5 miliar.
“Tak hanya itu sementara berdasarkan hasil akhir pembangunan, masjid yang berdiri di atas lahan tanah seluas 25,99 hektare ini.
Kini telah mengeluarkan total anggaran, sebesar Rp1,2 triliun, “tandasnya. (Wartawan Jawa Barat Windi Mayuda).