Wakil ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Sultan B Najamudin, sesalkan adanya video viral, yang memperlihatkan sikap frustasi beberapa petani tomat, akibat hasil panennya dihargai murah oleh pembeli.
Sultan menilai, sikap petani tersebut merupakan bentuk protes terhadap kealpaan negara, dalam tata niaga komoditas hortikultura di daerah.
Artinya masih terdapat kekosongan mata rantai pasok produk hortikultura yang terintegrasi secara langsung.
“Peristiwa ini tentu sangat ironis jika melihat tingginya tingkat konsumsi bahan pelengkap makanan yang bersumber dari produk hortikultura,” ujar Sultan melalui keterangan resminya pada Rabu (25/01).
“Padahal Masyarakat kita sangat doyan sambal dan saos tomat juga produk olahan tomat lainnya”, ucapnya.
Menurutnya, kehadiran industri pengolahan dengan skala kecil di tengah industri hortikultura adalah mutlak adanya.
Hal ini dibutuhkan mengingat karakter produk hortikultura yang mudah rusak dan sering terjadi over supplai.
“Pemerintah diharapkan mampu melihat potensi produksi hortikultura di daerah dengan memberdayakan masyarakat setempat sebagai pelaku industri pengolahan hasil pertanian,” harap Sultan.
“Kasus Tomat ini adalah contoh betapa sistem pengembangan hortikultura kita masih jauh dari standar industri yang terintegrasi di sektor hilir pertanian”, tegasnya.
Kami mengapresiasi paradigma pengembangan potensi komoditas dengan pendekatan Hilirisasi selama ini.
“Tapi Paradigma hilirisasi pemerintah jangan hanya direalisasikan pada sektor tertentu saja,” jelas Sultan.
“Sektor strategis yang menghasilkan produk pangan dan hortikultura juga membutuhkan sentuhan teknologi pengolahan yang memadai,” ungkap Sultan.
“Sehingga hasil panen petani dapat diolah langsung di area pertanian sebelum dipasarkan dengan nilai tambah yang optimal ke kota-kota”, tutupnya.
Sebagai informasi, sejumlah petani di Pekon (Desa) Hanakau, Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat, membuang ratusan kilogram buah tomat hasil panen ke jurang. Hal ini terekam dalam sebuah video yang viral di media sosial.
Dalam video tersebut terlihat dua orang petani membuang satu peti tomat ke jurang. Selain itu, terlihat juga sejumlah peti berisi tomat matang lainnya yang berada di mobil pick up.
“Tomat murah enggak laku, lebih mahal kotaknya daripada buah tomat,” ujar salah seorang petani yang ada dalam video tersebut.
Salah seorang Petani tomat, Pudin, mengatakan, petani merasa kesal sebab saat ini harga tomat anjlok, hanya berkisar di harga Rp 600 sampai Rp 800 per kilogram.
Editor: Khairul Ramadan