spot_img

“Lintah Darat Menggulung Rakyat Miskin

Rentenir memanfaatkan situasi. Bunga harian 10%, 20%, bahkan ada yang lebih tinggi. Sistem pembayaran dibuat seolah sederhana, padahal tujuannya hanya satu: memastikan peminjam tak pernah selesai melunasi, sehingga uang terus mengalir ke mereka setiap hari.
Gambar Ilustrasi penagih rentenir lintah darat, intimidatif. Foto. Dok. Msar
lintah darat. Mereka disebut lintah bukan tanpa alasan—karena cara mereka menghisap uang rakyat kecil tak ubahnya seperti menghisap darah yang tersisa dari tubuh yang sudah kurus dan lemah.
redaksisatu.id – Di banyak desa dan kota kecil, istilah lintah darat atau rentenir sudah bukan hal baru. Mereka bergerak cepat ketika rakyat kecil sedang terjepit kebutuhan mendadak.

Diantaranya biaya sekolah, berobat, modal dagang, atau sekadar menutup kebutuhan bulanan. Tanpa syarat rumit, uang langsung cair—tapi dibalik kemudahan itu tersembunyi jerat yang mampu menghancurkan masa depan.

Bunga Mencekik, Tapi Tetap Dicari

Rentenir memanfaatkan situasi. Bunga harian 10%, 20%, bahkan ada yang lebih tinggi. Sistem pembayaran dibuat seolah sederhana, padahal tujuannya hanya satu: memastikan peminjam tak pernah selesai melunasi, sehingga uang terus mengalir ke mereka setiap hari.

Ironisnya, ketika masyarakat miskin berusaha mencari pinjaman resmi, prosedurnya berbelit. Sementara lintah darat datang langsung ke rumah sambil menawarkan “solusi cepat”.
Pada akhirnya, rakyat kecil seperti dipaksa memilih racun.

Fenomena Baru: Penagihan Menggunakan Pengacara

Belakangan, muncul gejala baru:
lintah darat mulai menggunakan jasa pengacara untuk menagih utang.

Di atas kertas, pengacara hanya menyampaikan somasi. Tapi dalam praktiknya, banyak yang memanfaatkan atribut profesi untuk menakut-nakuti korban: ancaman pidana, penyitaan barang, bahkan sampai intimidasi verbal.

Padahal secara hukum utang piutang itu perdata, bukan pidana, kecuali ada unsur penipuan.
Namun karena rakyat kecil tidak paham hukum, keberadaan pengacara ini menambah beban mental dan psikologis.

Mengapa Negara Terkesan Diam?

Pertanyaannya:
Kenapa praktik lintah darat tetap merajalela padahal semua orang tahu bahayanya?

Jawabannya kompleks:

1. Negara belum menyediakan akses pembiayaan yang cepat dan manusiawi kepada rakyat kecil.

BACA JUGA  Diduga Pemborong Proyek Nyaris Bunuh Wartawan

2. Penegakan hukum lemah, apalagi jika rentenir memiliki “backing”.

3. Masyarakat takut melapor karena merasa diri sendiri yang salah meminjam.

4. Tidak ada batas bunga yang jelas untuk mencegah praktik pemerasan ekonomi.

 

Akibatnya, lintah darat bisa beroperasi terang-terangan di pasar, desa, hingga media sosial, sementara korban justru disalahkan karena “ceroboh”.

Rentenir Adalah Gejala, Bukan Akar Masalah

Lintah darat hidup subur karena ada peluang ekonomi:
rakyat kecil banyak yang tak punya tabungan, tak punya jaminan, dan tidak dilayani lembaga resmi.

Jika kebutuhan mendadak muncul, tidak ada waktu mengurus berkas atau datang ke bank.
Di sinilah rentenir membaca celah.

Jadi, selama akses pembiayaan rakyat kecil masih sulit, lintah darat akan terus mencari mangsa.

Dampak Sosial: Dari Kemiskinan hingga Kekerasan

Praktik lintah darat tidak hanya merusak keuangan keluarga. Dampaknya meluas:

Rumah tangga sering bertengkar karena tekanan utang

Usaha kecil bangkrut karena setoran bunga harian

Pelaku UMKM kehilangan aset

Ada yang sampai mengakhiri hidup karena tidak sanggup membayar

Inilah wajah kelam ekonomi rakyat kecil yang jarang diberitakan.

Solusi: Negara Harus Hadir, Bukan Sekadar Menonton

Apa yang bisa dilakukan?

1. Perketat aturan bunga dan penagihan, termasuk bagi pihak yang mengatasnamakan pengacara.

2. Perluas pembiayaan mikro tanpa jaminan, seperti KUR super mikro dengan prosedur yang benar-benar sederhana.

3. Sediakan layanan pengaduan khusus bagi korban rentenir.

4. Edukasi hukum dasar: rakyat kecil harus tahu bahwa intimidasi dan ancaman pidana dalam kasus utang piutang adalah pelanggaran.

5. Gerakan koperasi desa yang benar-benar sehat dan transparan.

 

Tanpa langkah berani, lintah darat akan terus menggulung kehidupan rakyat kecil—dan negara hanya menjadi penonton dalam tragedi yang terus berulang.

BACA JUGA  Merah Putih yang Kini Terlupakan

Rakyat Kecil Butuh Perlindungan, Bukan Ceramah Moral

Menyalahkan korban karena “kenapa pinjam ke rentenir” bukanlah solusi. Mereka meminjam bukan karena ingin kaya, tapi karena tidak ada pilihan lain.

Yang harus dipertanyakan justru:
kenapa negara tidak menyediakan alternatif yang layak bagi mereka?

Selama itu tidak berubah, lintah darat dan Polemik Bank plecit meski bunga tinggi banyak diminati padahal metode penagihannya sering menimbulkan keresahan di masyarakat, tetapi anehnya banyak yang suka, Meskipun dianggap sebagai solusi darurat bagi warga yang membutuhkan uang cepat.

Lintah darat dan bank plecit akan tetap berjaya, dan rakyat kecil akan terus menjadi korban di tanahnya sendiri.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

spot_img