Kakek dan nenek tua bernama Wawan dan Rianti, ketika mengisahkan dikala semasa muda dahulu, (11/10/2023).
Kisah seorang pemuda pemudi, bernama Wawan dan Rianti (Kakek & Nenek). Mereka sama – sama berasal dan secara kebetulan, tinggal di daerah Tanjung Priok Jakarta Utara .
Wawan pria berperawakan kurus dengan tinggi 168 cm, adalah pria bekerja tidak tetap, di salah satu kontraktor proyek di Jakarta.
Wawan yang sejatinya telah melihat, dan memperhatikan gadis pujaannya sejak lama, sekitar 2 bulan lalu.
Ketika Wawan berangkat bekerja, Ia selalu melewati Pabrik Garmen tempat Rianti bekerja di Tanjung Priok Jakarta Utara.
Ketika Wawan dengan sengaja diwaktu jam 12 siang Wawan Istirahat kerja, Ia sempatkan singgah di area Pabrik Tanjung Priok.
Hanya ingin melihat seorang gadis setiap hari, seorang gadis yang bertubuh mungil dan tinggi 155 cm pekerja Pabrik Garmen itu.
Pertemuan pun terjadi, Wawan memberanikan diri menyapa seorang gadis itu. Dan Wawan pun memperkenalkan diri, sambil mengulurkan tangannya,’ dan berkata,.bolehkah saya berkenalan dengan Adik. Dan .perkenalkan nama saya Wawan..Dik.. kata Wawan.
Nama adik siapa…. Tanya Wawan pada gadis itu… Gadis itupun menjawab,..nama saya Rianti Mas jawab Rianti, pada Wawan.
Bak hati bergetar di tubuh Wawan, dan tidak menyangka selama ini yang dinanti nantikan akhirnya terwujud..ujar Wawan dibenaknya.
Hal inipun diungkapkan oleh Wawan kepada Rianti gadis pujaan hatinya. Bahwa perasaan yang dia pendamkan, selama ini, telah tersampaikan niatnya.
Singkat cerita sang pemuda tersebut telah berkenalan, dengan sambutan sangat baik, dan hasrat pun berkelanjutan.
Wawan memberanikan diri pada Riianti agar, Ia mau dan tidak berkeberatan Wawan, mengunjungi rumah Rianti.
Rianti pun bersedia Wawan mengunjungi Rumahnya, dan juga dapat bertemu sang gadis tersebut.
Dengan bermodalkan suatu keyakinan sang pemuda tersebut, telah memberanikan diri dengan niat hati yang tulus.
Bahwa ia terkagum melihat sang gadis tersebut, sehingga ia berharap kemauan dan keinginan agar direspon oleh keluarganya itulah yang terbesit dari hati sanubari pemuda ini.
Apakah saya boleh dek ingin menghantarkan kamu ke rumah,… bersediakah,..dan berkenaan tawaran dari saya jawab pemuda itu.
Tak berselang waktu lama pesan,..pemuda itu, sang gadis mengabulkan keinginan sang pemuda . Untuk menghantarkan pemuda itu ke rumahnya.
Namun dari sisi perjalanan,..sampailah ia di rumah sang gadis di bilangan Tanjung Priok. Terlihat kedua orang tua setengah baya, berada di halaman rumah dengan santai duduk di teras.
Salahsatu lelaki setengah baya berkata, sama siapa kamu Rianti dan ini siapa,..? Jawab seorang bapak setengah baya itu, yang tidak lain orang tua gadis itu.
Gadis yang bernama Rianti itu menjawab sambil tersenyum, seraya berkata,.. perkenalkan Pak..ini teman Rianti..Mas ini Bapak saya bernama Zulfikar, dan ini Ibu saya bernama Mimin, kata Rianti pada Wawan.
Wawan sang pemuda itu, memperkenalkan diri, kepada kedua orang tua Rianti,..Zulfikar dan Mimin, dengan lirih dan sopan kepadanya.
Wawan memberanikan diri, maksud kedatangannya, dan sekaligus untuk kenal lebih dekat kepada orang tua Rianti.
Begini Bapak, dan Ibu. Maksud kedatangan Wawan ke sini, Wawan berniat lebih dekat hubungan Wawan dengan Rianti.
Dan memang Wawan telah memperhatikan sudah lama, puteri Bapak dan Ibu, ungkap Wawan.
Baru ada kesempatan inilah, Wawan bisa bicara dengan Rianti, ini sungguh kesenangan hati Wawan, dan Wawan ingin benar benar, mempersunting puteri Bapak dan Ibu,’ bila kehadiran Wawan di terima, tutur Wawan kepada orang tua Rianti.
Oh itu ya ya.. Kamu kerja di mana nak Wawan,..kata Zulfikar orang tua Rianti.
Kebetulan saya kerja di salah satu kontraktor Pak, ya pekerjaannya saya belum ada ketetapan Pak, Jawab Wawan.
Oh begitu ya ya ya. Kata Zulfikar.
Mimin Ibu Rianti mengatakan,..Apakah nak Wawan benar benar mau dengan anak kami..
Apakah sudah dibicarakan terlebih dahulu, oleh orang tua nak Wawan..pesan Mimin orang tua Rianti.
Wawan: Baik Ibu, dengan senang hati dan, Wawan akan sampaikan perihal ini pada orang tua Wawan,..Jawab Wawan.
Zulfikar: Kapan ada sempat nak Wawan, bicarakan kedua orang tua Wawan. Agar kami selaku orang tua Rianti, ingin mendengar langsung, sekaligus mengenal lebih dekat orang tua Wawan, Papar Zulfikar.
Oh iya saya kalau boleh tahu nak Wawan tinggal di mana..? Tanya Mimin.
Saya tinggal di belakang gedung Walikota Jakarta Utara Bu, dan juga tidak jauh tempat Rianti bekerja. Ungkap Wawan.
Alhamdulillah kalau begitu sama sama tinggal di Tanjung Priok ya,..kata Mimin Ibu Rianti.
Baiklah kalau begitu mah,.. berarti bicarakan lagi hal ini kepada orang tuamu nak Wawan Ya”, ibu dan bapak menunggu kabar dari nak Wawan, Ucap Mimin.
Baik bu..! Wawan akan sampaikan kepada kedua orang tua..Wawan, dan insya Allah” dalam dekat ini, Wawan mencoba memastikan untuk hadir bersama-sama di rumah ini. Terang Wawan.
Kalau begitu Wawan pamit undur diri ya Ibu dan Bapak. Sekali lagi Wawan minta maaf, atas kehadirannya secara tiba-tiba.
Dan Wawan dengan senang hati,.. kehadiran Wawan dapat diterima oleh Bapak dan Ibu.
Dan begitu juga dengan Rianti sekali lagi Wawan pamit ya Bu dan Bapak. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Dengan langkah kaki penuh semangat Wawan menerima kabar baik, dari kedua orang tua Rianti. Dan sesampai di rumah, Wawan menceritakan hal ini, kepada kedua orang tua Wawan.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, ibu dan bapak. Hari ini Wawan penuh gembira, bahwasanya” Wawan telah menemukan gadis pujaan hati Wawan. Riang Wawan pada orang tuanya.
Dan juga Wawan berkunjung ke rumahnya, dan telah bertatap muka kedua orang tua, gadis pujaan hati Wawan, yang bernama Rianti. Ucap Wawan pada orang tuanya.
Secara kebetulan Pak… Ibu, Rianti tinggal tidak jauh dari rumah kita,.. sekitar 2 KM persis, di samping rumah kita tinggal.
Untuk itu saya ingin memperkenalkan bapak dan ibu, kepada orang tua Rianti. Agar niat tulus hati Wawan, dan Wawan benar-benar, jatuh hati kepada Rianti. Yang selama ini Wawan perhatikan. Ulang Wawan dengan mantap.
Bagaimana menurut bapak dan ibu sekiranya kegembiraan ini Wawan sampaikan kepada bapak dan ibu kapan kira-kira berkenan bapak dan ibu berkunjung ke rumahnya Rianti.
Tampak kaget seorang lelaki dan perempuan setengah baya yang bernama Soleh dan Juminah. Yang tidak lain adalah, orang tua Wawan. Wawan adalah putra kedua, dari 4 bersaudara.
Ibu dan Bapak Wawan serentak mengatakan, Alhamdulillah.. Wan… Wan kamu betul sudah mendapatkan pilihan seorang gadis,…dan betul kamu sudah pasti…!
Atas pilihan kamu, kami sebagai orang tua, hanya mengikuti kemauan Wawan,.. tetapi sebagai orang tua memberikan saran.
Apakah pilihan kamu sudah tepat dan, apakah kamu yakin dengan ketentuan hatimu, ya… Bapak dan Ibu mendukung saja. Apapun pilihan dari kamu nak. Jawab kedua orang tua Wawan.
Iya Ibu dan bapak Wawan sudah mantap pilihannya, terhadap Rianti dan wawan kepingin menikahi Rianti sebagai istri Wawan.
Baiklah kalau begitu nak bapak dan ibu setuju saja, beritahukan kepada mereka,’ pekan depan kita melamar dan bulan selanjutnya, kita nikahkan Wawan dan Rianti, jawabnya dengan pasti kedua orang tua Wawan.
Terima kasih.. Ibu dan Bapak atas dukungannya terima kasih ya Bapak dan Ibu.,gembiranya hati Wawan.
Singkat cerita Wawan telah memperistrikan Rianti. Dan dia telah dikaruniai seorang anak perempuan bernama Sasa. Namun berjalannya seiring waktu Sasa, telah menginjak umur 15 tahun.
Ketika pada tahun 1995, Wawan telah melangkah jalan yang salah. Suatu ketika dia bertemu dengan salah satu perempuan yang bernama Nina.
Ketika itu pada tahun 1995 Wawan bertemu di salah satu mall di bilangan Sunter. Nina yang tidak lain tidak bukan dia, seorang wanita” teman sekelas sewaktu di SMA dulu, kenang Wawan.
Di situlah awal cerita Wawan bertemu dengan teman sekelas, sewaktu SMA dahulu.
Dan di situlah pula benih cinta kembali, dan Nina merupakan seorang janda dikaruniai 4 anak.
Tanpa berpikir panjang pertemuan itu dilanjutkan dan, secara diam-diam Wawan telah menikahi Nina, tanpa sepengetahuan Rianti. Nina yang tidak lain, merupakan teman sekolahnya dahulu.
Wawan yang selama ini telah melukai perasaan istrinya, dan selalu telat pulang bekerja bahkan tidak pulang ke rumah.
Rianti selalu cemas selama ini. Wawan sering nggak pulang. Bahkan kecemasan pun menjadi-jadi di hati Rianti.
Timbul pertanyaan besar di benak Rianti dan bertanya-tanya. Di manakah dan kemanakah selama ini Wawan sebagai suami.
Tidak pulang-pulang ke rumah. Bahkan dengan seenaknya dia pulang, sebentar lalu pergi lagi. Kenang Rianti.
Mas kamu dari mana saja selama ini. Saya sebagai istri cemas, kamu sering tidak berada di rumah. Apa yang kamu lakukan di luar sana…!
Wajar saya menanyakan,.. sebagaimana Saya seorang istri. Saya harap kamu berkata dengan jujur, apa yang kamu lakukan di luar sana. Tanya Rianti pada Wawan.
Wawan: Saya ini capek kerja saya ini sibuk,.. saking sibuknya, pekerjaan padat bahkan tidak pulang,.. itu karena apa…. demi keluarga.. bentak Wawan kepada istrinya.
Rianti: Ungh…ughhh…ughh.. Rianti menangis…dan berkata,’ kamu tega Mas saya nanya baik-baik, atas perlakuan kasarmu pada saya. Saya tanya kepada kamu,.. wajar saya ini istrimu… Isaak Rianti..
Bodoh kamu, kamu bisanya apa..bentak Wawan pada Istrinya.
Baik Mas kalau begitu.. saya minta pisah tegas Rianti, kepada Wawan suaminya.
Wawan pun tidak menjawab atas ucapan Rianti istrinya.
Akhirnya Rianti dan putrinya Sasha meninggalkan Wawan dan kembali kepada orang tuanya.
Setahun lamanya Wawan tidak komunikasi bahkan ketemu dengan istrinya Rianti. Yang selama ini Wawan lakukan, kesalahan besar berkecamuk atas apa yang dia perbuat.
Hatipun berkecamuk rasa penyesalan dan bersalah, Wawan ditinggalkan pula dari istrinya kedua, yang bernama Nina.
Wawan ditinggalkan oleh Nina lantaran apa,.. Nina meninggalkan Wawan”,karena sebabnya”, Wawan tidak bekerja selama satu tahun.
Keributan sering terjadi baik Nina maupun Wawan. Wawan pun menyadari atas kesalahan yang Ia lakukan pada Rianti istrinya.
Dengan tekad bulat Wawan pun menghampiri Rianti, yang selama ini Ia sia-siakan.
Di dalam benak hatinya terseok-seok itu berkecamuk rasa bersalah, Wawan mendatangi rumah Rianti tampak pikir panjang.
Wawan pun telah tiba dirumah Rianti. Tampak pula, kedua orang tua Rianti.. melihat Wawan dengan melangkah gontai, dengan pikiran lusuh serta perasaan bersalah terlihat di benak mertuanya.
Tidak makan waktu lama, Wawan berhadapan dengan mertuanya dan Rianti serta Sasa anaknya.
Dan Ia pun bersimpuh di kaki, kedua orang tua Rianti.. sambil menyesali, atas perbuatannya selama ini yang ia lakukan.
Seraya berkata Bapak dan Ibu maafkan Wawan yang sebesar-besarnya, yang selama setahun ini, Wawan telah melakukan kesalahan dan dosa yang paling besar, terhadap keluarga..ucap lirih Wawan terhadap mertuanya.
Baik nak kalau begitu kami sebagai orang tua, Baik Bapak dan Ibu. Kami maafkan atas perilaku perbuatan Wawan terhadap Rianti.
Bapak dan Ibu berpesan jangan sekali-sekali,…diulangi kesalahan lagi. Ini adalah bagian pukulan diri Wawan hanya itu pesan kami pada Wawan dan maaf pula juga kepada Rianti dan Sasa anakmu.
Saya berharap kamu tidak mengulangi kesalahan lagi. tegas, sang mertua pada Wawan.
Baik Pak Wawan akan pegang amanah dan dengan sungguh-sungguh, tidak akan mengulangi kesalahan lagi. Tutur Wawan pada mertuanya.
Rianti maafkanlah Mas, ampunilah kesalahan Mas, sekiranya kesalahan ini, tidak akan Mas lakukan lagi.. harap Wawan pada Rianti Istrinya.
Mohon ampunilah kesalahan Mas dan begitu juga Sasa anakku, ampuni Bapak selama ini menyia nyiakan kamu nak. Sekali lagi maafkan kesalahanku, mohon Wawan pada Istri dan Anaknya.
Baik Mas saya sebagai istri saya maafkan kesalahanmu, tapi jangan diulangi lagi kesalahanmu.
Ini sangat menyakitkan buat saya, sebenarnya saya tidak mau memaafkan kamu Mas. Akan tetapi demi Sasa, saya mau memaafkan kamu Mas. Ucap Rianti pada Wawan Suaminya.
Ingat…!!!! Tapi saya mohon jangan diulangi lagi ya.., pinta Rianti kepada suaminya.
Baik Istriku,..sambil memeluk Wawan menciumi Istri dan anaknya.
Dengan kejadian itu Wawan tidak mengulangi atas kesalahan yang dilakukan. Wawan sebagai suami yang selama ini, dilakukan tidak benar dan bersalah.
Terhadap keluarganya, itulah rangkaian cerita…perjalanan Kakek terhadap Nenek yang selama ini, Kakek merasa bersalah kepada Nenekmu.
Dan tentunya pengalaman dan perilaku pahit yang Kakek lakukan,.. Kakek berharap anakku, dan cucuku janganlah sekali-sekali contoh ini kamu lakukan.
Ini tidak baik dan, cukup ini sangat-sangat merugi,..bagi kehidupan kita., ungkap Kakek kepada anak dan cucunya.
Makanya juga, Nenek-Kakek bercerita ini ya,.. agar anak dan cucuku, tidak pernah mengalami yang Kakek lakukan sama Nenek.
Iya kek seraya tersenyum sang Nenek, anak dan cucunya.
Walaupun perjalanan Kakek tidak baik terhadap Nenekmu, dan Kakek berpesan kepada kalian,..persatukanlah dan kokohkanlah biduk rumah tangga kalian.
Sebab rumah tangga adalah bagian kehidupan yang hakiki, dan sebab bagian dari ketenangan jiwa, baik lahiriah maupun batiniah.
Sehingga pada waktu masa persiapan ajal menjemput, indahlah pada waktunya salam dari kakek dan nenek kalian.
Penulis: Saidi Hartono Ketua DPD Serikat Praktisi Media Indonesia.