Sosialisasi ini diselenggarakan di Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 11 November 2021 lalu, sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan panduan serta pemahaman bagi para pelaku event daerah terkait penerapan protokol CHSE saat penyelenggaraan event.
“Dengan adanya buku Panduaan CHSE event ini, diharapkan teman-teman event di Mandalika dapat bangkit kembali untuk beraktivitas dan berkreatifitas serta menyelenggarakan event kembali dengan tetap menerapkan protokol kesehatan” ujar Vicky Apriansyah, Sub Koordinator Strategi Event Daerah Kemenparekraf.
Untuk membangkitkan kembali industri event, Kemenparekraf berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), asosiasi serta penyelenggara event menyosialisasikan protokol kesehatan event dalam bentuk buku panduan CHSE.
Panduan ini memuat berbagai protokol kenormalan baru untuk penyelenggaraan acara, mulai dari sebelum acara (pre-event), selama acara berlangsung (on event), dan sesudahnya (post-event).
Berbagai protokol seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan/menggunakan hand sanitizer, pengaturan kapasitas ruangan dan kegiatan keramaian diharapkan mampu memberikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh penyelenggara, pengisi, dan pengunjung acara.
Vicky juga menambahkan, “Dalam situasi pandemi COVID-19, industri event harus dapat beradaptasi, berinovasi, dan berkolaborasi sehingga penyelenggaran acara di masa pandemi dapat dijadikan momentum untuk pemulihan ekonomi. Tentunya pelaksanaan acara tetap harus memperhatikan protokol kesehatan (prokes) yang ketat, karena prokes ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah tapi tanggung jawab kita bersama para pelaku event: penyelenggara, pengisi acara maupun pengunjung acara.
Kreator lokal tingkatkan inovasi dengan menerapkan protokol kenormalan baru
Sosialisasi panduan CHSE untuk event, atau CERPEN di Mandalika, NTB, digelar dalam format media gathering, yang melibatkan para profesional kreatif NTB untuk saling berbagi pandangan serta pengalaman dalam menyelenggarakan acara, dengan protokol kenormalan baru.
Pembicara yang hadir di antaranya Vicky Apriansyah, Lalu Chandra Yudistira, CEO Gudang Mahakarya Indonesia selaku event organizer “Festival Bau Nyale” dan Andre Satriawan, CEO Aksara, atau event organizer di balik “Pesona Khazanah Ramadhan.”
Kondisi pandemi tentunya menghadirkan tantangan tersendiri bagi event Festival Bau Nyale yang harus digelar secara daring tahun lalu. Padahal, setiap tahunnya event ini selalu menarik banyak wisatawan domestik dan internasional untuk mengunjungi Lombok dan NTB.
“Pandemi mendorong kita, para penggiat event, untuk terus belajar hal-hal baru yang selama ini belum kami optimalkan. Seperti menggelar event secara hybrid dengan penguasaan teknis live broadcast dan kreativitas yang berbeda. Kita dituntut untuk semakin jeli menemukan hal-hal yang unik sehingga orang tertarik untuk menyaksikan event kita, apapun formatnya, hingga selesai,” ujar Lalu.
Tantangan serupa juga dialami oleh Andre Satriawan sebagai penyelenggara event “Pesona Khazanah Ramadhan.” Sejak pertama kali digelar di tahun 2020, event yang menekankan pada pameran dan kuliner wisata halal di Mandalika NTB ini harus digelar secara daring akibat pandemi.
“Di tahun 2021, setelah ada pelonggaran PPKM, akhirnya memungkinkan kami untuk menggelar acara secara hybrid. Karena itu, tahun ini, kita mengadakan bazaar Ramadhan, namun dengan protokol CHSE yang ketat. Jumlah audiens dibatasi, ada fasilitas cuci tangan dan pembagian masker,” jelas Andre.
Setelah Mandalika dan NTB, Kemenparekraf juga akan menggelar CERPEN untuk sosialisasi protokol CHSE terkait penyelenggaraan acara di Makassar.
Untuk informasi lebih lanjut tentang kampanye CHSE, silakan kunjungi chse.kemenparekraf.go.id.