
Redaksi satu, Boyolali — Anggaran Rp 22 miliar yang digelontorkan Pemerintah Kabupaten Boyolali untuk mempermak Simpang Siaga, atau yang akrab disebut warga sebagai Simpang Patung Kuda, mulai memantik beragam komentar dari masyarakat.
Bagi sebagian warga Boyolali, proyek besar Simpang Siaga ini dianggap untuk memperjelas sebagai “wajah baru” kota Boyolali yang menandai perubahan arah pembangunan pasca Pilkada.
Di satu sisi, masyarakat melihat pembenahan kawasan Simpang Siaga itu untuk langkah mempercantik kota dan meningkatkan citra Boyolali sebagai daerah yang terus berkembang. Namun di sisi lain, muncul pula suara kritis yang mempertanyakan urgensi proyek beautifikasi di tengah kondisi ekonomi yang masih berat bagi rakyat kecil.
Simpang Siaga merupakan salah satu ikon lalu lintas di pintu masuk Boyolali bagian kota. Selama ini kawasan tersebut dikenal padat dan menjadi jalur penghubung utama pergerakan masyarakat.
Menurut beberapa sumber yang beredar di media sosial bahwa penataan Simpang Siaga dilakukan untuk memperindah wajah kota sekaligus meningkatkan kenyamanan pengguna jalan.
Namun, respons publik atas proyek bernilai miliaran rupiah ini tidak seragam. Sebagian warga menganggap bahwa pembenahan tersebut menjadi simbol perubahan Boyolali pasca Pilkada, terutama setelah dinamika politik daerah memunculkan harapan baru terhadap arah pembangunan.
“Kalau ini untuk mempercantik kota ya tidak masalah. Boyolali memang perlu pembaruan biar tidak kalah dengan daerah lain,” ujar salah satu warga yang melintas di kawasan tersebut. Menurutnya, ruang kota yang tertata memberi dampak psikologis positif bagi masyarakat.
Di sisi lain, suara kritis juga muncul dari kalangan yang mempertanyakan urgensi pengeluaran sebesar Rp 22 miliar untuk proyek beautifikasi di tengah kondisi ekonomi masyarakat yang masih berat. Beberapa warga menilai sebaiknya mengutamakan program yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan rakyat kecil, seperti harga pangan, infrastruktur desa, dan layanan sosial.
“Bukan tidak boleh bangun kota, tapi sekarang rakyat lagi susah. Lebih baik anggarannya diprioritaskan dulu untuk yang lebih mendesak,” kata seorang pedagang di sekitar kawasan tersebut.
Besarnya anggaran yang di gelontorkan untuk memoles Simpang Siaga, sebaiknya sebagai warga Boyolali ya harus tetap mengamati perkembangan proyek ini sebagai salah satu indikator arah pembangunan Boyolali di periode kepemimpinan baru, Apakah revitalisasi ini benar-benar memberikan manfaat nyata atau hanya sekadar proyek penanda era politik, maka hanya waktu dan transparansi pemerintah yang akan menjawabnya.



