Iklan
Iklan
BerandaBUDAYASitus Megalitik Maek Tidak Populer Disebabkan Akses ke Lokasi Belum Dapat Pehatian...

Situs Megalitik Maek Tidak Populer Disebabkan Akses ke Lokasi Belum Dapat Pehatian Pemerintah

Seperti Situs Megalitikum di lembah Bada Sulawesi Tengah. Situs Megalitik Maek, tidak sepopuler Situs Gunung padang di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Ke-tidak populeran ini, salah satu penyebab akses jalan ke lokasi setempat tidak mendapat perhatian pihak pemerintah Kabupaten, maupun Provinsi Sumatera Barat.

Untuk mencapai kawasan Situs Megalitik di Nagari Maek itu, pengunjung sudah merasa was-was, dan cemas oleh kondisi jalan yang sempit.

Jalan dipenuhi lubang dan rawan longsor. Terutama ruas jalan dari  Desa Simun sampai Koto Gadang. Ruas jalan di sana sangat sempit untuk dilewati mobil.

Nagari Maek merupakan  sebuah Nagari di pelosok Kabupaten Limapuluh-Kota. Nagari yang terletak 45 Km dari pusat Kota Payakumbuh ini menyimpan banyak sejarah.

Di samping  Koto tinggi yang dikenal sebagai  basis perjuangan pahlawan Revolusi. Daerah ini pernah menjadi Ibu Kota RI pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia.

Sebagaimana layaknya suatu daerah terpencil, Pembenahan Infrastruktur pada Nagari ini cenderung terlupakan oleh pihak pemerintah dan Lembaga yang berkompeten di kabupaten Limapuluh-Kota dan Pemprov Sumbar.

Kondisi akses jalan ke kawasan situs megalitik tersebut menjadikan kumpulan ratusan menhir yang ada di Maek, sulit untuk dinikmati dan dipelajari oleh banyak kalangan.

Demikian juga ribuan menhir yang masih tertimbun di sana, atau batu tagak peninggalan situs budaya megalitik yang ada di Nagari Mahat (Maek), Kec. Bukit Barisan, akan tidak berarti apa apa bagi kepentingan ilmu pengetahuan.

Menhir-menhir itu diperkirakan barusiar sekitar 2000-6000 tahun sebelum masehi. Semua menhir itu menghadap ke satu arah, yaitunya arah Gunuang Sago.

Masih soal akses jalan, menurut Efrizal Hendri Dt. Patiah,,S.IP, M.Si, Walinagari Maek, jalan Maek ini adalah akses satu satunya yang tersedia menuju ibu Kecamatan Bukit Barisan di Maek.

BACA JUGA  Hari Jadi Pasbar Ke 19 Dimeriahkan Dengan Bazar

megalitik

“Jalan tersebut merupakan akses jalan dari dan ke kota Payakumbuh, untuk membawa hasil pertanian, dagangan dan yang lainya”, jelas Efrizal.

“Kondisi pinggiran sebagian ruas jalan menuju penurunan kelok Sugak, sudah lama mengalami longsor”, ungkapnya.

“Banyak pengunjung yang takut melintasi jalan tersebut dengan mobil. Jalan itu memang mengkhawatirkan dan mengandung bahaya untuk dilewati kendaraan roda empat”,  kata Efrizal

Menurut Efrizal, perbaikan, pelebaran ruas jalan saat ini sangat di perlukan. Untuk menutupi lubang-lubang di sepanjang jalan Simun-Koto Gadang, arah Maek.

Pihak Pemerintah Nagari mengajak masyarakat setempat bergotong royong. Agar akses jalan yang rusak tersebut.

Efrizal, selaku Walinagari  maek telah membentuk Tim yang mengelola perbaikan bagian jalan yang rusak tersebut.

“Sedangkan dana pengerjaan penimbunan jalan yang rusak dan berlubang-lubang itu kata Efrizal  di biaya oleh Sumbangan dan bantuan masyarakat setempat serta warga perantau Maek”, bebernya

“Untuk itu telah disepakati dalam musyawarah nagari, bahwa setiap anggota masyarakat, perangkat Nagari dan tokoh serta pemuka masyarakat memberikan sumbangan wajib setiap bulannya. Sumbangan, itu berupa material seperti semen maupun pasir”, jelasnya.

Karena akses jalan yang tidak  mendukung tersebut, tentu saja keberadaan menhir-menhir di Maek ini kata Efrizal Hendri Dt. Patiah akan kurang memberi manfaat bagi khalayak luas, karena sulit dikunjungi masyarakat luas.

Dimaknai sebagai tanda makam, atau tanda penghormatan, dan tanda kepercayaan animisme dan dinamisme.

megalitik

Menhir ini oleh dalam berbagai  bentuk sesuai dengan tujuan, penyembahan, yang akan  dilakukan.

Beberapa kelompok menhir dalam berbagai bentuk dan ukuran, Ada yang berbentuk kepala binatang, pedang, tanduk dan ukiran dengan pola-pola yang unik lainnya.

Ukuran menhir paling besar berukuran 50cmx 668cmx405cm, sedangkan yang kecil 25cmx210cmx103cm.

BACA JUGA  Wawako Gelar Open House Jalin Silaturrahmi

Menhir Maek ini merupakan salah satu situs bersejarah yang  dijadikan tempat wisata, dan objek penelitian oleh Arkeologis  yang ada di Indonesia maupun Mancanegara.

Begitupun dengan mahasiswa jurusan sejarah dan siswa sekolah tingkat menengah.

Efrizal Hendri Dt. Patiah,,S.IP, M.Si., Selaku Wali nagari Maek,berharap kiranya pihak pemerintah menaruh perhatian terhadap  kondisi ruas jalan tersebut.

Menurutnya ruas jalan tersebut perlu perluasan dan perbaikan, serta pelebaran jalan menuju arah maek.

Efrizal Hendri Dt. Patiah juga mengatakan pihak Polres suliki sudah pernah membantu 20 zak semen namun jumlah bantuan itu belum dapat menutupi keseluruhan ruas jalan, apa lagi di sepanjang ruas Jalan Simun menuju Koto Gadang.

DS umur (51) warga Koto Gadang kepada awak media menyampaikan harapannya, agar instansi pemerintah berkenan membangun dam beton di bibir tebing, yang dilalui jalan ke Maek, yang di sana sini banyak yang longsor.

Penulis Berita : Indra Adrisme

Editor: Khairul Ramadan

Trending

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.